Gunung Lewotobi Meletus

Siswa Pengungsi Gunung Lewotobi Andalkan Satu Buku Catat Semua Mata Pelajaran

"Kemarin (Rabu, 4 Desember 2024) kami punya tenda terbongkar karena hujan disertai angin," ucapnya.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / PAULUS KEBELEN
TEMPAT RELOKASI - Suasana SMK Negeri 1 Wulanggitang yang direlokasi dari Desa Boru ke Desa Konga akibat terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA -Tangan Benedikta Triana Toto Lamalelang (17) terus menari-nari di atas lembaran bukunya, Kamis, 5 Desember 2024 pagi. 

Ia mencatat pelajaran dari gurunya dengan buku setebal eb-70. 

Beberapa hari pasca erupsi dahsyat Gunung Lewotobi Laki-laki tanggal 3 November 2024, Triana dan sejumlah siswa SMK Negeri 1 Wulanggitang mengikuti kelas belajar darurat.

Meski bantuan untuk penyintas Gunung Lewotobi Laki-laki terus berdatangan, namun keadaan serba terbatas masih dialami pelajar. Misalnya ketersediaan buku, bolpoin, tas dan seragam sekolah. Mereka bahkan mencatat semua mata pelajaran (Mapel) dalam sebuah buku yang tak terlalu tebal.

Baca juga: BPBD Sikka Masih Mendata Jumlah Rumah Warga yang Rusak Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

 

"Saya hanya punya satu buku. Buku ini saya pakai untuk mencatat semua mata pelajaran. Kami tidak ada buku lagi, bertahan dengan keadaan yang ada," ungkap Triana.

Triana adalah siswi kelas XII Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Sejak dua pekan Ialu, ia bersama 326 siswa belajar di tenda darurat. Saat hujan deras, mereka tak bisa melanjutkan KBM karena ruangan kelas basah bahkan ada yang sudah roboh.

"Kemarin (Rabu, 4 Desember 2024) kami punya tenda terbongkar karena hujan disertai angin," ucapnya.

Triana membutuhkan bantuan buku, bolpoin, serta perlengkapan belajar lainnya. Saban hari dimulai pukul 08.00 Wita-11.00 Wita, materi yang mereka terima tak berjalan efektif.

Menurutnya, kendala itu tak terlepas dari kondisi siswa yang masih trauma dan perlu beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang serba darurat.

"Kami sangat berterima kasih kepada banyak pihak yang datang membantu. Saat ini kami butuh peralatan sekolah, paling tidak bolpoin dan buku," harapnya.

Salah seorang guru, Linus Lalun, mengatakan SMK Wulanggitang direlokasi sementara dari Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang ke Desa Konga di Kecamatan Titehena.

Linus menuturkan, ada enam tenda yang digunakan semua siswa kelas X maupun XII meliputi 6 jurusan. Jumlah siswa sebanyak 327 didukung 60 guru.

Linus menjelaskan, KBM disesuaikan dengan sift pagi dan sore agar 327 siswa tidak saling berdesakkan. Pihaknya optimis pembelajaran berjalan efektif meski serba terbatas.

"Kami berkeyakinan semuanya tetap berjalan efektif," ucapnya.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved