Wisata Flores NTT
Wisata NTT, Tanjung Cinta Eputobi Flores Timur Jadi Denyut Ekonomi Ibu-ibu UMKM
Tanjung Cinta Eputobi menjadi arena ibu-ibu mengais rejeki. Usahanya kian berkembang. Mereka tentu bangga dengan produk
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Nofri Fuka
"Kami bangga, menjual dari apa yang kami tanam. Memang prosesnya agak susah olah ubi menjadi kerepe. Kerepe itu bahan utama dari singkong, kita parut lalu kukus. Ini adalah makanan khas selain jagung titi," ceritanya.
Sesuai namanya Tanjung Cinta Eputobi, kata Elisabeth, lelah pengunjung akan sirnah jika beristirahat di tempat yang menawarkan aura romantis itu. Alam disebutnya punya caranya sendiri untuk menyembuhkan segala pikiran stres.
Lapaknya berukuran 3x4 meter menghadap langsung ke alam terbuka. Udaranya sangat sejuk. Menghirup udara segar nan asri sambil menenggak kopi dan mengunyah jagung titi menjadi salah satu cara healing terbaik.
Maria Goreti Tukan, pelaku UMKM lainnya, juga sibuk memutar kopi pesanan sejumlah pelanggan. Lapaknya dihiasi aneka tanaman bonsai atau miniatur pohon. Seperti Elisabet, Maria juga menjajakan makanan lokal seperti pisang, kacang goreng dan keripik.
Dalam sehari, ibu-ibu pejuang rupiah ini bisa meraup omzet Rp 350.000-Rp 600.000. Dijual sejak pukul 07.00 Wita hingga 20.00 Wita di wisata Tanjung Cinta Eputobi. Pencapaian tak menghianati lelah mereka demi menghidupi keluarga.
"Awalnya masih kecil, tempatnya juga kami bangun sederhana, atap pakai alang-alang. Sekarang sudah mulai berkembang. Kami juga menyediakan toilet yang tarifnya Rp 3.000 per orang," ucap Maria Goreti.
Menurutnya, selain warga lokal, tempat itu selalu disinggah para turis asing. Mereka kadang datang dengan kendaraan beriringan. Maria percaya usaha mereka kian berkembang karena wisatawan kagum dengan keindahan alam di sana.
"Ngopi di rumah itu memang sering, tapi kalau di alam terbuka akan beda. Kesannya lebih menarik," tuturnya.
Dari bilik bangunan 3x4 meter itu, wisatawan bebas menikmati keindahan alam seperti laut, hutan, Pulau Konga, Pulau solor, serta Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan bermetafora sepasang kekasih.
"Panorama alam di sini sangat lengkap, ada gunung, gugusan pulau, laut, hutan. Kita juga bisa melihat aktivitas nelayan mencari ikan," tutur Ricky Daton, salah satu pengunjung.
Ricky Datin hendak pulang ke Desa Bokang Wolomatang setelah seleai dengan urusannya di Larantuka. Tanjung Cinta Eputobi selalu ia kunjungi saat pergi atau pulang kegiatan.
Menurutnya, beberapa tahun lalu lokasi itu sangat sepi karena tak ada aktivitas UMKM. Sejak ibu-ibu merambah usaha, areal itu bak transit antar para pelintas yang penuh dengan keramaian hingga gelak tawa.
"Orang-orang selalu singgah. Dari sini kita bisa lihat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki yang sesekali erupsi. Alam di sini sangat mewah," ucapnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.