Cekungan Soa

Sejarah Cekungan Soa di Flores NTT, Kaya akan Penemuan Artefak Batu dan Fosil Fauna

Cekungan Soa di Pulau Flores, NTT, merupakan sebuah dataran rendah berbentuk lembah karena proses letusan gunung api purba.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM
SITUS- Tim peneliti Museum Geologi saat melakukan penelitian pada 7-16 September 2022 lalu di Cekungan Soa (Ngada-Nagekeo) Flores, NTT. 

TRIBUNFLORES.COM, BAJAWA- Cekungan Soa merupakan sebuah dataran rendah berbentuk lembah yang berada di antara wilayah Kabupaten Ngada dan Nagekeo. Cekungan ini terjadi karena letusan gunung api purba sehingga membentuk kaldera. 

Selama ratusan ribu tahun lalu, kondisi cekungan berubah menjadi danau besar dengan lingkungan yang subur, sehingga mengundang berbagai makhluk hidup (manusia dan binatang) datang dan menghuni di sekitar lingkungan danau tersebut. 

Pada saat sekarang, Cekungan Soa merupakan lembah yang dikelilingi oleh dataran tinggi (perbukitan) dan gunung api (volkanik) di daerah Flores Tengah. 

Bukit-bukit kecil yang mengurung wilayah ini mempunyai ketinggian sekitar 300 - 370 meter di atas muka laut. Gunung api yang masih aktif adalah Abulobo dan Inerie (2.245 meter), sedangkan yang tidak aktif adalah Gunung Kelilambo dan Kelindora.

Baca juga: Wisata ke Flores, Bisa Jelajah Situs Gua Liang Bua, Simak Sejarahnya

 

 

Kondisi lingkungan geografis wilayah ini memperlihatkan bentang alam yang khas terbuka, mengingatkan pada lingkungan kehidupan purba Homo erectus di Afrika.

Sebagai kompleks situs purba, Cekungan Soa kaya akan penemuan artefak batu dan fosil-fosil fauna. Walaupun belum ditemukan sisa fosil tulang manusianya, namun penemuan himpunan artefak batu dan fosil-fosil fauna seperti gajah purba (Stegodon), buaya, komodo,kura-kura darat, dan sejenis tikus besar di berbagai lokasi/situs membuktikan bahwa Cekungan Soa sudah dihuni sejak jutaan tahun silam (Bergh et al, 1994). 

Di wilayah ini ditemukan minimal 15 lokasi atau situs yang mengandung temuan artefak batu berasosiasi dengan
fosil-fosil tulang fauna purba (Morwood et al, 1999; Jatmiko, 2010).

Cekungan ini diperkirakan mempunyai luas wilayah 35 x 25 Km dan secara administratif terbagi menjadi 2 (dua) wilayah kabupaten di Flores Tengah; yaitu Ngada dan Nagekeo.

Baca juga: Wisata ke Flores, Bisa Jelajah Situs Gua Liang Bua, Simak Sejarahnya

Cekungan Soa tampil pertama kali dalam studi prasejarah berawal pada tahun 1960-an ketika Th.Verhoeven seorang missionaris
berkebangsaan Belanda melakukan penelitian di daerah sekitar Matamenge, Boa Lesa serta Lembahmenge dan berhasil menemukan sejumlah alat-alat (artefak) batu yang berasosiasi dengan fosil-fosil gajah purba {Stegodon) yang diperkirakan mempunyai umur sekitar 750.000 tahun lalu. 

Berdasarkan penemuan tersebut, Verhoeven menduga pembuat artefak ini adalah manusia purba Homo erectus
(Verhoeven, 1968; Verhoeven dan Maringer, 1970). 

Selain melakukan penelitian di daerah Ngada (Flores Tengah), pada tahun 1950 dan 1965 Verhoeven juga melakukan penelitian arkeologis di Situs Liang Bua (Kabupaten Manggarai, Flores Barat) dan berhasil mendapatkan berbagai jenis tinggalan budaya dari masa prasejarah yang umurnya lebih muda. 

Tinggalan tersebut antara lain berupa sejumlah kubur rangka manusia (di dalam gua) dengan berbagai 'bekal kuburnya'
(periuk/gerabah, benda-benda logam, alat-alat batu dan manik-manik) (Jatmiko, 1989). 

Penemuan fosil manusia purba pertama kali di Situs Mata Menge pada tahun 2014. Pusat Survei Geologi bersama University of Wollongong Australia telah menjalankan program ekskavasi sejak tahun 2010 dengan tujuan mencari bukti kehidupan purba.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved