Pulau Sumba

Jejak Masa Lampau Pulau Sumba NTT Disebut "Benua Mikro", Ada Kedekatan Biogeografis dengan Flores

Sumba memiliki beberapa vertebrata endemik yang masih ada, termasuk delapan burung endemik dan berbagi wilayah sebaran terbatas dengan Flores.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/HO-JADESTA
DESTINASI- Kampung Adat Waru Wora, Sumba Barat 

TRIBUNFLORES.COM- Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal dengan lanskap topografi perbukitan yang sangat indah, pantai yang menawan dan kebudayaannya yang menarik.

Di balik keindahan alam Pulau Sumba, ternyata ada jejak sejarah masa lampau yang masih ada dan sebagian besar belum diketahui oleh banyak orang. 

Proceedings of the Royal Society B sebuah jurnal ilmiah internasional baru-baru ini mempublikasikan pola sejarah keanekaragaman, biogeografi, dan pergantian fauna di Sumba, pulau Wallacea yaitu wilayah kepulauan yang secara biologis dan geologis sangat kompleks di antara lempeng benua Asia dan Australia. 

Artikel di jurnal tersebut dengan judul "Fauna vertebrata Kuarterner dari Sumba, Indonesia: implikasi bagi biogeografi dan evolusi Wallacea" yang ditulis peneliti, Samuel T. Turvey, Jennifer J. Crees, James Hansford, Timothy E. Jeffrey, seorang profesor di Universitas California, Nick Crumpton, Iwan Kurniawan, Erick Setiyabudi, Thomas Guillermo, Umbu Paranggarimu, Antonius DossetoDanGerrit D. van den Bergh.

Baca juga: Taman Nasional Matalawa di Pulau Sumba NTT, Kawasan Burung Endemik di Indonesia

 

 

Dalam artikel itu menjelaskan bahwa Sumba adalah sebuah pulau besar di Nusa Tenggara, dengan luas sekitar 11.000 kilometer persegi, lebih besar dari 70 % luas Timor dan lebih besar dari 80 % luas Flores.

Benua Mikro

Pulau ini merupakan sebuah fragmen benua atau 'benua mikro' dalam sistem forearc non-vulkanik Sunda-Banda, dan tidak pernah terhubung dengan Kepulauan Sunda Kecil lainnya. Pulau ini telah menempati posisinya saat ini sejak Miosen, dan telah menjadi subaerial sejak Pliosen Akhir.

Sumba memiliki beberapa vertebrata endemik yang masih ada, termasuk delapan burung endemik dan berbagi wilayah sebaran terbatas dengan Flores. Penelitian mamalia yang dilakukan di Sumba masih terbatas dan sejarah Kuarternya kurang diketahui. Satu-satunya fosil vertebrata Kuarter yang dilaporkan dari Sumba adalah rahang bawah Stegodon yang ditemukan pada tahun 1979 di sebuah teras pantai dekat Watumbaka dan digambarkan sebagai spesies endemik, S. sumbaensis.

Baca juga: Cenderaloka Tribun Network Ikut Dampingi UMKM Lokal Sampai Tembus Pasar

Penemuan Fauna Vertebrata Kuarte

Para peneliti melakukan penelitian palaentologi baru di Sumba pada bulan Oktober 2011 dan Juni-Juli 2014, dan menemukan koleksi vertebrata baru yang ekstensif dari endapan Pleistosen dan Holosen. Temuan-temuan itu digunakan peneliti untuk menyempurnakan pemahaman mengenai evolusi Kuarter dan biogeografi di Wallacea serta untuk memberikan dasar baru untuk merekonstruksi sejarah fauna di wilayah tersebut.

Penemuan fosil di Pulau Sumba memberikan pemahaman rinci pertama tentang keanekaragaman dan pergantian vertebrata Kuarter di Sumba, sebuah pulau besar di Indonesia yang catatan fosil terestrialnya hampir sama sekali tidak diketahui, dan terletak di wilayah yang secara biogeografis sangat kompleks dan penting. 

Komodo

Para peneliti ini mengungkapkan bahwa fauna vertebrata Kuarter di Sumba memiliki keragaman dan komposisi yang mirip dengan fauna 'tidak seimbang' yang tidak biasa di Flores, yang tidak hanya terdiri dari Stegodon kerdil tapi juga komodo, varanid yang tidak biasa dan tampaknya merupakan hewan endemik regional, serta mamalia bertubuh besar. 

Varanus komodoensis saat ini memiliki distribusi peninggalan di Flores dan pulau-pulau di dekatnya (Komodo, Rinca, Gili Motang, Padar), tetapi memiliki distribusi Pliosen-Pleistosen yang luas di kedua sisi Garis Wallace, dari Jawa hingga Australia.

Ada Kedekatan Biogeografis antara Flores dan Sumba

Spesies ini saat ini tidak diketahui dari catatan Kuarter di Timor, di mana sebuah varanid yang lebih besar dan belum diberi nama telah tercatat namun, ketiadaan yang jelas ini mungkin hanya mencerminkan pengambilan sampel yang terbatas di wilayah yang belum banyak diketahui ini. Sebaliknya, V. hooijeri hanya diketahui dari catatan Kuarter di Flores yang memberikan sinyal potensial adanya kedekatan biogeografis antara Flores dan Sumba.

Sumba terletak kurang dari 50 km di selatan Flores, dan transportasi antar samudera yang luas dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melalui Arlindo, sebuah persimpangan utama dari sirkulasi samudera global, terjadi ke arah selatan melewati Flores melalui selat Sape dan Sumba tepat di utara Sumba. 

Oleh karena itu, 'penyebaran' di atas air dari Flores ke Sumba merupakan kejadian kebetulan yang masuk akal secara biologis, memberikan penjelasan yang mungkin untuk afinitas biogeografis yang terlihat antara beberapa komponen fauna Kuarter yang dideskripsikan dari pulau-pulau ini. 

Sumba dan Flores juga masih memiliki mamalia besar seperti kukang dan Varanus cf. hooijeri hingga akhir Holosen. Status mamalia endemik Sumba saat ini belum diketahui, karena hanya sedikit survei mamalia yang dilakukan di pulau ini. 

Para peneliti ini juga mengatakan penelitian ini merupakan langkah baru yang penting untuk memperjelas sejarah evolusi dan keanekaragaman Kuarter fauna vertebrata Wallacea, dan penelitian palaentologi di masa depan di Sumba tidak diragukan lagi akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang evolusi vertebrata di Nusa Tenggara. 

Mereka menganggap kemungkinan besar taksa vertebrata baru masih akan ditemukan dalam catatan fosil Kuarter Sumba. Yang paling menarik, mengingat kesamaan lain antara fauna Kuarter yang khas dari Sumba dan Flores, tidak ada alasan biogeografis yang jelas untuk menduga bahwa spesies hominin endemik regional pasti ada di Flores tetapi tidak di Sumba. 

Peneliti sangat mendorong penyelidikan lebih lanjut tentang lingkungan pelestarian Kuarter Sumba, yang mungkin memberikan pelajaran baru yang menarik untuk memahami biogeografi pulau dan evolusi manusia.

Sumber:Royal Society (artikel lengkapnya dapat diakses melalui https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rspb.2017.1278)

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved