Berita Kota Kupang
Kisah Ama Koji, Tukang Tambal Ban Keliling Layani hingga Larut Malam di Kota Kupang
Dengan nomor yang bisa dihubungi di *0853 3858 7908*, Ama Koji memulai usaha tambal ban panggilan ini sejak Desember 2024.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro
TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Di tengah hiruk-pikuk jalan Frans Seda, tepat di depan Polresta Kupang Kota, berdiri sebuah motor sederhana dengan papan nomor telepon yang mencolok. Di situlah Ama Koji menjalankan usahanya sebagai tukang tambal ban panggilan.
Dengan nomor yang bisa dihubungi di *0853 3858 7908*, Ama Koji memulai usaha tambal ban panggilan ini sejak Desember 2024.
Ide ini sebenarnya telah ia pikirkan sejak tahun 2014, namun baru terlaksana setelah melalui pertimbangan matang bersama sang istri.
Baca juga: Kasus Penganiayaan hingga Lansia di TTU Meninggal, Polisi: Proses Penyelidikan
“Saya dan istri pikir-pikir dulu, akhirnya kami mulai dengan apa yang kami punya,” ujar Ama saat diwawancarai reporter Pos Kupang ditempat mangkalnya, Rabu 8 April 2025 malam.
Sebelum memulai usaha tambal ban keliling, Ama Koji pernah menjalankan bengkel kecil sejak 2004 di depan kantor Dinas PUPR Kota Kupang. Namun karena lapaknya berada di badan jalan, ia sering ditegur dan usahanya pun sepi pengunjung.
“Saya putuskan berhenti, karena perizinan sulit dan tempatnya ganggu jalan,” ujarnya sambil mengisi angin ban mobil pelanggannya.
Setelah menutup usahanya, Ama sempat menganggur beberapa bulan sebelum akhirnya bekerja serabutan sebagai tukang bangunan. Saat pandemi COVID-19 melanda pada 2020, ia banting setir menjadi tukang ojek.
“Saya tidak takut mati, pokoknya biar corona saya tetap kerja biar bisa makan,” katanya. Pendapatan sebagai ojek kala itu cukup lumayan, bisa mencapai Rp500 ribu sehari jika ramai.
Namun, ketika ojek online mulai masuk Kupang, Ama kembali menjadi tukang bangunan. Ia mengaku terampil di bidang ini karena ayahnya dahulu juga tukang. Meski begitu, upah sebagai tukang bangunan tidak selalu cukup untuk menghidupi keluarganya. Dari sanalah ia dan istrinya mulai merancang usaha tambal ban keliling.
Dengan potongan besi, Ama merakit sendiri dudukan kompresor dan alat tambalnya. Awalnya ia hanya berkeliling sekitar kota Kupang. Banyak yang tertarik, namun kendala muncul: Ama tidak memiliki ponsel. Ia lalu mengumpulkan uang selama beberapa minggu, meminjam dari sahabatnya, dan membeli ponsel seharga Rp700 ribu.
Ama mengaku bahwa ia putus sekolah sejak sekolah dasar sehingga ia tidak pandai menggunakan telepon.
“Saya tidak pandai menulis, tapi bisa baca. Saya cuma sekolah sampai kelas 3 SD, jadi teknologi itu susah buat saya,” ujarnya polos.
Kini, Ama mulai mangkal dari jam 7 malam hingga jam 2 pagi. Ia tidak mematok tarif tinggi: Rp20 ribu untuk motor (termasuk ongkos jalan) dan Rp30 ribu untuk mobil. Kadang ada yang menawar, namun Ama tetap melayani. “Karena semua orang juga pasti susah dan butuh uang, jadi kita harus saling bantu,” katanya bijak.
Ama sering mendapat panggilan dari pengguna mobil, yang memang tidak bisa mendorong kendaraan seperti pemotor. Ia bisa menambal ban tubeless untuk mobil dan motor, serta ban dalam untuk motor.
Meski tak selalu mulus, terkadang ia menerima panggilan tipuan, Ama tetap menjalani pekerjaannya dengan ikhlas. Ia bahkan pernah menerima order hingga Noelbaki, Oetalu, Belo, dan jalur 40 pada tengah malam. “Selagi orang butuh, saya akan layani,” tegasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.