Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Minggu 13 Juli 2025, Menolong Tanpa Pamrih
Mari simak renungan harian Katolik Minggu 13 Juli 2025. Tema renungan harian Katolik memiliki belas kasih yang murni dan tulus, menolong tanpa pamrih
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Oleh: Pater Frans Banusu
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak renungan harian Katolik Minggu 13 Juli 2025.
Tema renungan harian Katolik memiliki belas kasih yang murni dan tulus, menolong tanpa pamrih.
Renungan harian Katolik disiapkan untuk hari Minggu Biasa XV, Santo Heindrich II, Pengaku Iman, Santo Eugenius, Uskup, dengan warna liturgi hijau.
Renungan harian Katolik ada dibagian akhir artikel ini.
Baca juga: Renungan Katolik Minggu 13 Juli 2025, Guru, Apa yang Harus Kulakukan?
Adapun bacaan liturgi Katolik hari Minggu 13 Juli 2025 adalah sebagai berikut:
Bacaan Pertama Ul. 30:10-14
Pada waktu itu Musa memanggil segenap orang Israel berkumpul, lalu berkata kepada mereka, “Hendaklah engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dengan berpegang pada perintah dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam kitab Taurat ini; dan hendaklah engkau berbalik kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu, dan tidak pula terlalu jauh; tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melaksanakannya?
Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan pergi ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melaksanakannya? Firman itu sangat dekat padamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu; hendaklah engkau melaksanakannya.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 69:14,17,30-31,33-34,36ab,37
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku, dengan pertolongan-Mu yang setia! Jawablah aku, ya Tuhan, sebab baiklah kasih setia-Mu, berpalinglah kepadaku menurut rahmat-Mu yang besar!
Aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur, Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari-cari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orangNya yang ada dalam tahanan.
Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda. Anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.
Bacaan Kedua Kol. 1:15-20
Saudara-saudara, Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Dia adalah yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi,
yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Ia ada mendahului segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Dialah kepata tubuh, yaitu Jemaat.
Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia lebih utama dalam segala sesuatu. Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Yoh 6:63c.68c
Tuhan, Sabda-Mu adalah roh dan kehidupan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.
Bacaan Injil Luk 10:25-37
Sekali peristiwa seorang ahli Taurat berdiri hendak mencobai Yesus, katanya, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu; dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar! Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup,” Tetapi untuk membenarkan dirinya, orang itu berkata lagi kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.
Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu.
Ia melihat orang itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur.
Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri, lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali’.
Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab ahli Taurat itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
"Lakukanlah demikian, maka engkau akan hidup." (Luk 10:28). Jalan hidup itu ada dua: jalan benar dan jalan sesat.
Jalan sempit dan jalan lebar. Kita semua tahu dan Yesus sendiri menginspirasi kita dengan pengetahuan tentang konsekuensi masing-masing jalan itu. Ketika berada dalam kondisi rentan terhadap hal-hal jahat, sudah tentu jalan sesat adalah pilihannya. Sebaliknya ketika dalam situasi prima, sinyal iman kencang, hidup rohani tak goyah jalan kebenaranlah yang akan kita lalui. Satu sukacita rohani yang mesti kita syukuri ialah bahwa karena kita rawan dan rentan terhadap kekuatan jahat yang membuat kita tersesat, bahkan jatuh dalam dosa, dan dalam keadaan ketersesatan dan kejatuhan ini, justru Allah yang rahim menunjukkan cahaya kebenaran-Nya kepada kita untuk bangkit dan kembali ke jalan yang benar. Jalan yang benar ialah cinta kasih kita harus menembus batas keberagaman.
Seperti Allah dalam Diri Kristus mengasihi kita apa adanya , tanpa membeda-bedakan. Kita juga diharapkan dalam mengungkapkan cinta kasih kepada sesama dengan cara yang sama pula. Cinta kasih kita yang konkrit kepada Allah mesti nyata dalam cinta kasih kepada sesama yang kita kenal maupun tak, terutama yang sedang berada dalam situasi sulit dan yang segera membutuhkan ungkapan kasih yang nyata. Melakukan kasih yang ekstrim kepada sesama yana asing dalam lingkup hidup kita merupakan panggilan bagi setiap pengikut Kristus. Bukankah Kristus mati di salib untuk menyelamatkan semua manusia yang beriman kepada-Nya sepanjang zaman? Si ahli Taurat yang mencobai Yesus via pertanyaan tentang hukum kasih dan cara melakukannya dalam hidup supaya selamat. Melalui pertanyaan balik dari Yesus, ia sendiri memahami dan menjawabi sendiri pertanyaannya.
Berdasarkan pengetahuan, semua orang memahami kasih itu, namun kita kandas dalam mempraktekkannya dalam hidup harian kita. Sesama manusia, siapa pun dia adalah titik tuju tindak-tanduk kasih yang harus kita ekspresikan baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan yang nyata. Kita terjebak dalam pemahaman error tentang sesama yang sebatas keluarga sendiri, sahabat, kenalan, kolega dalam instansi tertentu, teman kerja dalam unit yang sama. Sementara orang yang tidak kita kenal, ketika kena musibah kita abaikan sama sekali. Yesus menantang kita, jika kamu yang mengaku beriman berbuat demikian apakah lebihnya? Orang-orang jahat, orang yang tidak kenal Allah pun berbuat demikian. Dalam perumpamaan ini, Yesus mau bongkar sekat-sekat kasih yang kita bangun.
Imam yang melihat korban dan berjalan terus, selain fokus pada tugasnya, korban bukan seorang imam seperti dirinya, atau korban bukan orang dekatnya. Si Lewi juga berperilaku yang sama. Si Samaria bukan pemeluk agamanYahudi, namun ia menaruh belas kasih kepada korban, lalu ambil tindakan cepat dan tepat menyelamatkannya. Ketika korban sudah berada di penginapan, setelah memastikan korban akan dirawat baik, ia pun pergi sambil meninggalkan uang perawatan kepada petugas yang akan menanganinya. Cinta kasih yang tak kenal batas ruang dan sekat kemanusiaan mesti disertai sikap belas kasih dan ketulusan untuk menolong. Jika demikian maka ungkapan kasih kita pasti tulus dan murni bagi korban, dan orang-orang susah lainnya yang memerlukannya.
Menolong orang asing sudah pasti membawa keselamatan atau kehidupan. Maka perintah Yesus Yesus kepada si ahli Taurat, "Lakukanlah demikian, maka engkau akan hidup." (Luk 10:28). Atau, "Pergilah dan lakukanlah demikian." (Luk 10:37). Yesus tahu bahwa dalam diri kita, ada potensi besar kebaikan dan cinta yang perlu dikembangkan dan dipraktekkan dengan jujur, tulus kepada sesama yang tidak kita kenal atau yang kita kenal namun tanpa intrik tertentu. Kita pergi wartakan kasih Allah kepada siapa saja yang kita jumpai. Jika ada korban yang ditemui, kita bertindak cekatan untuk menolongnya. Jalan sesat yang mesti kita tinggalkan adalah mental menolong orang dekat, keluarga, saling balas.
Kita bertobat dengan mengakrabkan diri dengan Sabda Tuhan. Kita hidup dan selamat karena Sabda Allah. Maka sabda tak mungkin jauh dari kita. "Firman itu sangat dekat padamu yakni di dalam mulut dan di dalam hatimu, hendaklah engkau melaksanakannya." (Ul 30:14). Makna isi Kitab Suci ini jelas bahwa ketersesatan, ketiadaan jalan kebenaran, kejatuhan hingga kebinasaan karena kita absen dalam melaksanakan Sabda Tuhan dalam hidup kita. Sabda Tuhan adalah pedoman segala kebaikan bahkan keselamatan, dan ketika mengabaikannya hadirlah pelbagai musibah dalam hidup.
Bertindak sebagai anak-anak Sang Sabda, kita berjuang menjadi pelaksana Firman Tuhan melalui cara: membaca Kitab Suci, merenungkannya dan menjalankannya dalam hidup harian kita di semua lini. Pemazmur menanggapi dalam pujiannya, "Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh memberikan hikmat kepada orang bersahaja. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata berseri." (Mzm 19:8.9).
Kristus adalah Sang Sabda, kepenuhan Allah. "Kristus itu gambar Allah yang tak kelihatan, Dia lebih utama dari segala sesuatu." (Kol 1:15). Dalam Kristus kita akan berada pada jalan yang benar yaitu perdamaian dan bukan jalan balas dendam (jalan kesesatan). "Oleh Dia Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan Diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di Surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus." (Kol 1:20). Yesus adalah Sabda Allah yang nyata dalam hidup kita. Kita ikut Dia. Kita dengar apa yang Tuhan sabdakan dan apa yang Tuhan minta untuk dilaksanakan, serta buat apa yang Ia ajarkan demi keselamatan kita. "Pergilah, lakukanlah demikian, maka engkau akan hidup." (Sumber iman katolik.com/kgg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/IKUT-MISA-Umat-saat-misa-di-Gereja-Paroki-St-Yohanes-Rasul-Pringwulung-Jogjakarta.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.