Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Senin 28 Juli 2025, Filosofi Biji Sesawi dan Ragi 

Mari simak renungan harian Katolik Senin 28 Juli 2025. Tema renungan harian Katolik filosofi biji sesawi dan ragi. 

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
PATER JOHN LEWAR SVD - Sosok Pater John Lewar, SVD.Mari simak renungan harian Katolik Senin 28 Juli 2025. Tema renungan harian Katolik filosofi biji sesawi dan ragi.  

"Biji sesawi itu menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya."

Sekali peristiwa Yesus membentangkan perumpamaan ini, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.

Memang biji itu yang paling kecil di antara segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang di cabang-cabangnya."

Dan Yesus menceritakan perumpamaan lain lagi, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang wanita dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat, sampai seluruhnya beragi."

Semuanya itu disampaikan Yesus  kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan Ia tidak menyampaikan apa pun kepada mereka kecuali dengan perumpamaan.

Dengan demikian digenapilah sabda nabi, "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan. Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik

Dalam injil Matius 13:31-35 kali ini, Yesus  berbicara tentang Kerajaan 
Surga yang digambarkan seperti biji sesawi dan ragi. Biji sesawi yang 
kecil dapat tumbuh menjadi pohon besar, dan ragi sedikit dapat membuat 
seluruh adonan mengembang. Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Surga 
dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, tetapi memiliki potensi 
pertumbuhan yang luar biasa dan dampak yang besar.

Untuk bertumbuh memerlukan proses yang panjang dan lama. Untuk tumbuh memerlukan 
tanah yang baik, sinar matahari yang cukup, perawatan yang intensif dan 
menjaganya dari serangan hama, air yang cukup dan banyak hal lain 
yang dibutuhkan untuk tumbuh. 

Mengaduk pun adalah proses membuat roti, terkadang bukan hanya 
diaduk, tapi perlu dibanting demi menghasilkan roti yang enak rasanya. 
Jadi apapun itu, baik biji sesawi atau ragi yang paling penting dari  
perumpamaan diatas adalah proses yang membawa pertumbuhan dan 
perubahan, dari kecil menjadi besar dan mengembang.  

Biji sesawi dan ragi adalah dua benda kecil yang kelihatan sepele, tetapi 
mempunyai makna filosofis yang dalam. Pertama, biji sesawi. Yesus 
menggambarkan perubahan biji sesawi secara kontras untuk menekankan 
filosofi sesawi itu sendiri. Sesawi adalah simbol dari ketekunan dan 
komitmen. Pertumbuhan sesawi menunjukkan bahwa potensi sekecil apa 
pun bisa menjadi besar apabila ditekuni dengan penuh komitmen.  
Kita perlu tekun mengembangkan potensi-potensi kita.

Kita perlu mengasahnya terus-menerus sampai mencapai titik maksimal. Ketekunan 
juga berarti bertahan dalam tantangan dan tekanan. Orang tekun selalu 
berusaha mengatasi masalahnya. Ketekunan selalu mengisyaratkan 
komitmen. Komitmen adalah sikap memegang teguh janji, prinsip, atau 
kesepakatan. Orang bisa tekun kalau ia berkomitmen terhadap janjinya. 
Ia tidak terbuai ataupun menyerah saat menghadapi tantangan. Cobalah 
perhatikan para peneliti dan penemu, seperti Marie Curie, Thomas Alva 
Edison, Wright bersaudara, dan Alexander Graham Bell.  

Kedua, ragi. Mereka yang hobi membuat penganan pasti akrab dengan 
benda kecil ini. Ragi berfungsi mengembangkan adonan, serta 
membentuk aroma dan rasa, sehingga roti yang dihasilkan empuk dan 
menggugah selera. Ragi hanya berfungsi kalau dicampurkan ke dalam 
adonan, sebab akan mengubah adonan itu dari dalam. Yesus 
menggunakan ragi untuk menunjukkan bahwa kematangan selalu 
berawal dari perubahan batiniah. Itulah filosofi ragi.  

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved