Gunung Lewotobi Erupsi
Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Dini Hari Tadi, Tinggi Kolom 18.000 Meter
Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur meletus dini hari tadi, Sabtu 2 Agustus 2025.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, LEWOTOBI - Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur meletus dini hari tadi, Sabtu 2 Agustus 2025.
Tinggi kolom letus mencapai 18.000 meter. Saat ini Gunung Lewotobi aktivitas level IV atau Awas.
"Terjadi erupsi G. Lewotobi Laki-laki pada hari Sabtu, 02 Agustus 2025, pukul 01:05 WITA. Tinggi kolom letusan teramati ± 18000 m di atas puncak (± 19584 m di atas permukaan laut),"ujar Petugas Posmat Gunung Lewotobi, Emanuel Rofinus Bere dikutip dari laman magma.esdm.go.id Sabtu pagi.
Ia menyebutkan kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya, barat dan barat laut.
Baca juga: Sebelum Meletus, Gempa Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki Naik Signifikan Sejak Pukul 18.00 Wita
Tinggi Kolom 10 KM
Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, kembali meletus besar atau eksplosif, Jumat (01/08/25) pukul 20.48 Wita.
Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, berjarak 7 kilometer dari gunung itu, melaporkan tinggi kolom abu mencapai 10 kilo meter di atas puncak kawah.
"Erupsi dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi sementara 3 menit 40 detik," ungkap Kepala Pos PGA, Herman Yosef Mboro.
Terlihat Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, gunung Level IV (Awas) itu tampak membara. Api menjalar hampir ke semua badan gunung di bagian barat. Desa Boru juga berada di sisi barat dari gunung strato volkano dengan tinggi 1.584 meter di atas permukaan laut itu.
Seperti sebelumnya, erupsi kali ini juga disertai gemuruh panjang. Beberapa desa di sekitarnya, seperti Desa Boru dan Desa Pululera dihujani abu dan kerikil.
Masyarakat diminta tak melakukan aktivitas apapun dalam radius maksimal 7 kilometer demi terhindar dari lontaran batu dan luncuran awan panas.
Desa-desa di dalam kawasan rawan bencana (KRB) seperti Dulipali, Hokeng Jaya, Klatanlo, Nawokote, Podor, dan Kampung Baru, masih mengungsi ke tempat aman. Meski demikian, tak menutup kemungkinan ada penyintas yang berada di zona KRB.
Saat ini Gunung Lewotobi Laki-laki berada pada Status Level IV (Awas) dengan rekomendasi:
Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 6 Km dan Sektoral Barat Daya - Timur laut 7 Km dari pusat erupsi G. Lewotobi Laki-laki .
Masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya.
Masyarakat di sekitar G. Lewotobi Laki-laki mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Lewotobi Laki-laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng jaya, Boru, Nawakote.
Masyarakat yang terdampak hujan abu G. Lewotobi Laki-laki, memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan selalu berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Satlak PB setempat dalam memberikan informasi tentang kegiatan G. Lewotobi Laki-laki.
Naik Signifikan
Sebelum erupsi eksplosif Gunung Leowotobi Laki-laki pada pukul 20.48 Wita, Jumat (1/8/2025), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat data gempa vulkanik naik signifikan dan terjadi kenaikan Non-Harmonik sejak pukul 18.00 Wita.
PVMBG melalui Petugas Pos Pengamat Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan perkembangan aktivitas gunung itu pada Jumat (1/8/2025), gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut dengan intensitas tebal.
Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 100-500 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 19-26°C.
Data kegempaan dari tanggal 30-31 Juli 2025 hingga pukul 06.00 WITA yaitu, 1 kali Gempa. Hembusan, 19 kali Gempa Tremor Non-Harmonik, 1 kali Gempa Low Frequency, 1 kali Gempa Vulkanik Dalam, 4 kali Tektonik Lokal dan 3 kali Gempa Tektonik Jauh.
Asap putih tebal terlihat keluar dari beberapa titik di permukaan kawah atau lereng puncak, yang kemungkinan besar berasal dari uap air dan gas vulkanik seperti belerang. Permukaan kawah tampak didominasi oleh batuan berwarna abu-abu tua hasil erupsi sebelumnya, dengan beberapa bagian memperlihatkan warna kecoklatan hingga kemerahan yang menandakan adanya material panas atau perubahan warna akibat oksidasi.
Pada malam hari terlihat cahaya merah di sekitar puncak gunung, menandakan adanya material panas atau pijar di dekat kawah. Dari pengamatan visual, asap putih tebal yang keluar dari kawah sebagian besar berupa uap air, menunjukkan suhu tinggi di area puncak.
Risko Erupsi Eksplosif maupun Efusif
Data gempa menunjukkan kenaikan gempa vulkanik yang sangat signifikan pada tanggal 1 Agustus 2025 sejak pukul 18.00 Wita dan terjadi kenaikan Non-Harmonik. Hal ini menandakan bahwa aktivitas magma masih kuat, pada kedalaman dangkal dekat permukaan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko erupsi baik secara eksplosif maupun efusif. Selain itu, suplai magma terpantau terus bergerak dari kedalaman menuju ke permukaan. Dan hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat memicu perubahan aktivitas secara tiba-tiba.
Data deformasi menunjukkan bahwa hasil pemantauan Global Navigation Satellite System (GNSS) masih merekam pola deflasi yang berlangsung selama lima hari terakhir, mengindikasikan adanya migrasi magma dari kedalaman menuju zona yang lebih dangkal. Indikasi ini diperkuat oleh tren penurunan data tiltmeter pada periode yang sama, Lokasi tiltmeter berada lebih dekat ke kawah, yakni pada radius sekitar 4 km, dibandingkan dengan stasiun GNSS yang berjarak sekitar 6,5 km dari kawah.
Kombinasi kedua data deformasi ini mengindikasikan adanya peningkatan tekanan di dalam konduit yang kaya akan gas, dan adanya migrasi magma dari kedalaman dangkal ke permukaan yang berpotensi mengarah pada erupsi eksplosif.
Berdasarkan analisis visual dan instrumental tersebut, aktivitas Gunung api Lewotobi Laki-laki masih tinggi, sehingga tingkat aktivitas Gunung api Lewotobi Laki-laki masih ditetapkan pada Level IV (Awas) dengan rekomendasi sebagai berikut:
Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 km dan sektoral barat daya - timur laut 7 km dari pusat erupsi, serta tetap tenang dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah. Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.
Masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana agar mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat, terutama pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak G. Lewotobi Laki-laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen. Warga yang terdampak hujan abu dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan.
Pemerintah daerah diharapkan terus berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi. Informasi terkini mengenai aktivitas gunungapi dapat diakses melalui situs resmi Magma Indonesia maupun media sosial resmi Badan Geologi. (sumber: vsi.esdm.go.id/kgg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.