Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Katolik Hari Ini Senin 4 Agustus 2025, Belajar Berbagi dari yang Sedikit 

Mari simak renungan Katolik hari ini Senin 4 Agustus 2025. Tema renungan Katolik hari ini belajar berbagi dari yang sedikit.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
PATER JOHN LEWAR SVD - Sosok Pater John Lewar, SVD.Mari simak renungan Katolik hari ini Senin 4 Agustus 2025. Tema renungan Katolik hari ini belajar berbagi dari yang sedikit. 

Menjelang malam para murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya dapat membeli makanan di desa-desa.”

Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Mereka tidak perlu pergi. Kalian saja memberi makan mereka.” Jawab mereka, “Pada kami hanya ada lima buah roti dan dua ekor ikan.” 

Yesus berkata, “Bawalah ke mari.” Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Setelah itu Ia mengambil kelima buah roti dan kedua ekor ikan itu. Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat, dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikan-Nya kepada para murid. Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak. 

Mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian potongan-potongan roti yang sisa dikumpulkan sampai dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu orang pria, tidak termasuk wanita dan anak-anak.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik

Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang hari ini sangat interesant. 
Yesus mengambil lima roti dan dua ikan tersebut, menengadah ke langit, 
mengucap syukur, dan memecah-mecahkannya. Dia kemudian 
memberikan makanan itu kepada para murid-Nya untuk dibagikan kepada 
orang banyak.

Makanan tersebut cukup untuk memberi makan sekitar 
lima ribu orang pria, belum termasuk wanita dan anak-anak. Orang-orang 
di sekitar tempat itu dibuat semakin takjub ketika sisa roti yang 
dikumpulkan dari antara mereka berjumlah dua belas bakul penuh. 
Mukjizat ini menunjukkan kuasa dan belas kasih Yesus, serta sebagai 
bukti bahwa Ia adalah roti hidup yang memelihara baik tubuh maupun 
jiwa. 

Kisah ini mengingatkan kita akan kasih Allah yang tidak mau seorang pun 
kelaparan. Lima roti dan dua ikan dibuat-Nya cukup untuk makan lima 
ribu orang, bahkan masih ada dua belas bakul tersisa. Yang tadinya 
sangat sedikit, justru malah sisanya berlipat ganda. Yang tadinya tidak 
mungkin (impossible) dijadikan sangat mungkin (possible).

Bagi Allah tidak ada yang mustahil, semua dapat terlaksana dengan baik sesuai 
dengan rencana dan kehendakNya sendiri. Kasih Tuhan selalu cukup. Ini 
adalah simbol bahwa kasih Tuhan tidak pernah terbatas. Ketika kita 
berbagi, kita tidak akan kekurangan. Justru kita akan melihat bahwa 
berkat Tuhan akan mengalir lebih banyak dari yang kita duga. 

Penginjil Matius (14: 13-21) memperlihatkan bagaimana Yesus mengajak 
para rasul untuk tidak mundur ketika berhadapan dengan perosalan yaitu 
harus memberi makan lima ribu orang. Yesus melibatkan mereka semua 
untuk karya ini secara bersama demi mengatasi persoalan yang besar ini. 
Yesus sendiri yang langsung mengambil prakarsa untuk menggandakan 
roti dan ikan. Para murid hadir dan menyaksikan hal itu. Dua belas bakul 
menjadi tanda keberlimpahan karena mereka ikut berperan dan 
bersyukur atas apa yang sudah diterima. 

Dari kisah injil ini, kita bisa belajar beberapa hal. Pertama, Iman dan rasa 
percaya kepada Tuhan. Mukjizat ini mengajarkan pentingnya memiliki 
iman kepada Tuhan. Meskipun murid-murid Yesus awalnya ragu dengan 
jumlah makanan yang sedikit, Yesus menunjukkan bahwa dengan iman, 
hal-hal yang tampaknya mustahil bisa terjadi. 

Kedua, kita bisa belajar bahwa dengan berbagi, kita tidak akan pernah 
kekurangan atau kehabisan. Justru berbagi itu akan mendatangkan 
kelimpahan. Bukan soal jika ingin mendapat banyak maka berilah banyak, 
tetapi memberi dengan ketulusan dan keiklasan. Langkah pertama bukan 
supaya mendapat sesuatu, tetapi memberi sesuatu dengan tulus iklas. 

Kita juga belajar tentang kekuatan dalam keterbatasan. Seringkali orang 
putus asa karena merasa tidak mampu berbuat banyak atau memberi 
banyak kepada orang lain. Ketika dia mempunyai sedikit, maka dia 
berpandangan tidak bisa berbuat apa-apa. Lima roti dua ikan menjadi 
daya dorong kita bahwa walaupun punya sedikit, tetapi kita bisa berbuat 
banyak.  

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved