Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Katolik Kamis 7 Agustus 2025, Aku akan Mendirikan Jemaat-Ku
Mari simak renungan katolik Kamis 7 Agustus 2025. Tema renungan Katolik aku akan mendirikan jemaat-Ku.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau, Simon anak Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu, ‘Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.
Apa saja yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga, dan apa saja yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahukan kepada siapa pun, bahwa Dialah Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia, katanya, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Tetapi Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Salam sejahtera untuk kita semua. Pada hari ini, kembali kita dihadapkan pada dua peristiwa penting yang menyoroti tema tentang kepemimpinan, iman, dan fondasi Gereja. Tema "Aku akan mendirikan jemaat-Ku" mengajak kita untuk merenungkan bagaimana Allah membangun umat-Nya dan bagaimana kita dipanggil untuk menjadi bagian dari bangunan rohani itu.
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Dalam bacaan pertama dari kitab Bilangan 20:1-13, bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa karena tidak ada air. Tuhan memerintahkan Musa untuk berbicara kepada batu karang, maka batu itu akan mengeluarkan air. Namun, Musa, karena marah dan kehilangan kesabaran, memukul batu itu dua kali dengan tongkatnya. Air memang keluar, tetapi Tuhan menghukum Musa dan Harun karena mereka tidak percaya kepada-Nya dan tidak menghormati kekudusan-Nya di depan mata bangsa Israel.
Akibatnya, mereka tidak akan membawa umat itu masuk ke tanah yang dijanjikan. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya iman dan ketaatan dalam memimpin umat Allah, serta konsekuensi dari ketidakpercayaan dan ketidaktaatan. Dan dalam Injil Matius 16:13-23, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Simon Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Yesus memuji Petrus atas pengakuan ini, yang berasal dari wahyu Bapa di surga.
Yesus kemudian berkata, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga." Pengakuan Petrus menjadi fondasi bagi Gereja yang akan didirikan oleh Yesus. Petrus, yang namanya berarti "batu karang," akan menjadi pemimpin dan gembala bagi umat Allah.
Namun, Yesus juga memperingatkan Petrus bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menderita banyak hal dari tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Ketika Petrus mencoba mencegah Yesus dari penderitaan itu, Yesus menegurnya dengan keras, "Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau memikirkan apa yang dipikirkan manusia, bukan apa yang dipikirkan Allah." Refleksi atas permenungan kita adalah Kepemimpinan: Apakah kita memimpin dengan iman dan ketaatan kepada Allah, ataukah kita membiarkan emosi dan keinginan kita sendiri mempengaruhi keputusan kita? Pengakuan Iman: Apakah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup? Apakah kita siap untuk mengakui iman kita di depan orang lain, meskipun itu berarti menghadapi tantangan atau penganiayaan? Memahami Kehendak Allah: Apakah kita berusaha untuk memahami kehendak Allah dalam hidup kita, ataukah kita lebih fokus pada keinginan dan rencana kita sendiri? Apakah kita siap untuk menerima penderitaan dan pengorbanan sebagai bagian dari panggilan kita sebagai pengikut Kristus?
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.