Berita Sikka

Retret Keluarga Katolik:  Memaknai 25 Tahun Imamat Pater Maximus Manu SVD yang Penuh Berkat

"Jadi dimana kita harus kembali ke posisi sebagai umat Katolik, sebagai keluarga Katolik yang meneladani keluarga

Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA
FOTO BERSAMA - Suasana foto bersama usai kegiatan retret di Aula Camilian Center Maumere, Kabupaten Sikka, dalam rangka memaknai perayaan syukur 25 Tahun Imamat Pater Maximus Manu SVD, 10 Agustus 2025. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Dalam suasana penuh syukur dan kebersamaan, lebih dari 30 pasang keluarga Katolik asal Paroki Salib Suci Kloangrotat mengikuti kegiatan retret di Aula Camilian Center Maumere, Kabupaten Sikka, dalam rangka memaknai perayaan syukur 25 Tahun Imamat Pater Maximus Manu SVD.

Retret keluarga Katolik ini dibawah bingkai tema "Revitalisasi Spiritualitas Keluarga Katolik di Era Digital". Berlangsung selama dua hari, tanggal 9 hingga 10 Agustus 2025. Sepanjang kegiatan, diisi dengan berbagai kegiatan rohani seperti pemberian materi terkait spiritualitas perkawinan, komunikasi dalam keluarga yang menyembuhkan, usaha-usaha menjadi keluarga kudus, rekonsiliasi dan penyembuhan luka batin hingga materi tentang pengaruh digitalisasi dalam kehidupan.

Pater Maxi Manu SVD dalam suatu kesempatan disela-sela kegiatan itu menyampaikan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan suatu kesadaran bahwa panggilan dalam hidup manusia bermula dari keluarga.

Entah itu Pendidikan iman, pendidikan karakter atau apapun status hidup manusia, semua bermula dari keluarga.

 

Baca juga: Gandeng JPIC SVD Ende - BEM IFTK Ledalero, Fratres Seminari Tinggi Ledalero Bantu Pengungsi Lewotobi

 

 

"Kegiatan ini juga untuk mengapresiasi keluarga yang telah berjasa bagi kita dalam perjalanan hidup kita. Dan secara khusus, memaknai perjalanan 25 tahun imamat saya, peran keluarga dalam panggilan hidup membiara dan panggilan hidup religius," pungkasnya.

Para peserta yang berjumlah lebih dari 30 pasang ini, kata Pater Maxi, merupakan guru dan juga pejabat pemerintahan desa yang berasal dari Desa Rubit, Desa Pogon dan Desa Aibura.

Dosen Psikologi di IFTK Ledalero ini juga menegaskan kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud agar keluarga diperbaharui dari waktu ke waktu.

"Karena menurut kami, pembinaan berlanjut dari keluarga-keluarga katolik itu masih kurang," kata beliau.

 

BERI MATERI - Tampak Pater Maxi Manu sedang memberikan materi kepada peserta retret di Camilian Center Maumere.
BERI MATERI - Tampak Pater Maxi Manu sedang memberikan materi kepada peserta retret di Camilian Center Maumere. (TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA)

 

Ia berharap, dengan adanya retret ini, keluarga Katolik semakin mengimani kristus dan meneladani hidup keluarga kudus nazaret.

Wabup Sikka Beri Apresiasi

Retret bagi keluarga Katolik yang berasal dari Paroki Salib Suci Kloangrotat ini diapresiasi Wakil Bupati Sikka, Simon Subandi Supriadi.

Turut menjadi peserta retret bersama sang istri, Wabup Simon memberikan apresiasi yang luar biasa atas inisiatif Pater Maxi Manu dalam memperingati pesta imamatnya yang ke-25 tahun lewat retret ini. 

"Ini adalah kegiatan yang sangat luar biasa ret-ret untuk keluarga Katolik dimana di sini banyak sekali hal-hal yang disampaikan bagaimana kita hidup sebagai keluarga katolik sebagai suami istri yang baik dan tenang," demikian ucap pria kelahiran 15 April 1964 ini.

Wabup Simon melihat bahwa terdapat antusiasme yang begitu tinggi dari para peserta dalam mengikuti kegiatan ini.

 

RETRET - Wakil Bupati Sikka, Simon Subandi Supriadi didampingi sang istri sedang mengikuti kegiatan retret keluarga Katolik.
RETRET - Wakil Bupati Sikka, Simon Subandi Supriadi didampingi sang istri sedang mengikuti kegiatan retret keluarga Katolik. (TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA)

 

"Saya melihat bahwa yang hadir ini adalah pasangan yang cukup tua dan mereka semangat, ini menunjukan bahwa mereka sangat antusias dan ingin mendengar apa hal hal yang harus diperbaiki dalam kehidupan berkeluarga secara iman Katolik," demikian terang pria asal Kloangrotat ini.

Ia menandaskan bahwa, ditengah perkembangan teknologi, hal-hal yang berkaitan dengan keimanan makin kabur, sehingga momen ini menjadi kesempatan berefleksi terutama sebagai keluarga katolik.

"Jadi dimana kita harus kembali ke posisi sebagai umat Katolik, sebagai keluarga Katolik yang meneladani keluarga nazaret, keluarga yang sederhana," tandasnya.

Ia menyebut, ini adalah awal yang baik dan mungkin kedepan dapat diadakan secara regular melibatkan beberapa umat Katolik dari paroki lain.

"Ini juga menjadi bekal untuk keluarga katolik terutama keluarga muda. Belajarlah dari keluarga katolik yang masih bertahan dalam perkawinan katolik," tutupnya.

Rumah Tangga Keluarga adalah Ruang Revolusi Senyap

Turut memberikan materi dalam retret tersebut, P. Syrianus Poto Sola SVD menegaskan bahwa rumah tangga keluarga merupakan ruang revolusi senyap.

Maka dari itu, keluarga perlu dibentuk dengan aman, nyaman dan tidak boleh dibuat gaduh.

Misionaris yang berkarya belasan tahun di Taiwan ini mengakui ketertarikannya terlibat dalam kegiatan ini berlandas pada pemikiran reflektif bahwa keluarga menjadi sentral atau pusat seseorang bertumbuh dan mengasah mentalnya. Untuk itu, perlu dibangun secara baik.

Pastor yang sering disapa Poto Sola ini membeberkan bahwa zaman sekarang keluarga semakin terbuka. Dalam artian, ikatan emosional antara orang tua dan anak pada keluarga tertentu tidak kuat .

 

P. Syrianus Poto Sola SVD sedang memberikan materi.
P. Syrianus Poto Sola SVD sedang memberikan materi. (TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA)

 

"Orang tua keluar negeri, sementara anak tinggal dengan kakek nenek di kampung dan hasilnya adalah terjadi pola pengasuhan terhadap anak yang tidak teratur," ucapnya.

Pentingnya Revolusi Mental

Untuk itu, Pater Poto Sola SVD menekankan pentingnya revolusi mental dalam keluarga terkhusus bagi seorang anak. Menurut beliau, revolusi mental tidak hadir secara alamiah baik dari dalam atau luar diri melainkan dibentuk secara bertahap.

"Karena itu, di negara maju sangat menekankan TKK Golden Age itu, di situ anak 0-6 tahun bagaimana dijaga, dirawat. Jika anak masih kecil tidak dirawat dengan baik anak itu bisa bermasalah. Jangan harap anak setelah besar itu baru dibentuk, itu tidak bisa itu, dia sudah mengeras," jelasnya.

Pembentukan karakter sejak dini sangatlah penting. Dan, hal ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju seperti Taiwan, Korea, Jepang.

Realitas di NTT Saat Ini

Bagi Poto Sola, saat ini para calon tenaga kerja dari NTT yang merantau keluar daerah sulit diterima.

Bukan soal kualitas pemikiran yang ditolak namun kecerdasan mengolah emosi terkadang menyebabkan orang NTT tidak diberi tempat atau diizinkan untuk mengais rejeki di tanah orang.

Menurut Poto Sola, orang NTT pintar. Yang menjadi soal adalah karakter, Disiplin, kerja, tekun, jujur, kerja dalam tim dan mengontrol emosi.

Maka ia berharap, pemerintah dapat terlibat aktif memperhatikan hal-hal kecil seperti ini.

"Meski teknologi sekarang sudah maju, karakter itu tidak bisa didapatkan di internel atau AI. Karakter itu tumbuh dalam keluarga," pungkasnya.

Keluarga yang Berpusat pada Kehendak Allah

Pada sisi lain, Pater Anselmus Selvus SVD menekankan pentingnya keluarga yang berpusat pada kehendak Allah.

Ia mengakui zaman sekarang, khususnya keluarga-keluarga yang berada di Kota besar, hidupnya 95 persen tidak berpusat pada kehendak Allah. 

"Orang-orang bekerja berdasarkan pikiran atau keterampilan yang dimiliki tapi tidak berdasarkan iman atau dipengaruhi iman. Karena itu hasil yang diperoleh tidak lagi dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan keluarga tapi untuk kesenangan-kesenangan duniawi," ucapnya.

Sementara di desa-desa pun hampir sama, segala keuntungan yang diperoleh dihabiskan hanya untuk urusan adat.

 

Pater Anselmus Selvus SVD sedang memberikan materi.
Pater Anselmus Selvus SVD sedang memberikan materi. (TRIBUNFLORES.COM/NOFRI FUKA)

 

Bahkan kata beliau, dalam banyak peristiwa bertentangan dengan kehendak Allah. 

"Orang lebih suka membawa persembahan kepada leluhur nenek moyang ketimbang kepada kristus dan itulah yang menjauhkan keluarga-keluarga dari kehendak Allah," kata Pastor yang berdedikasi memberikan pendampingan terhadap keluarga-keluarga katolik ini.

Hal ini berimbas pada hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, orang tua dan anak. 

Untuk itu, persoalan inilah yang ingin diatasi oleh para pastor termasuk pastor Anselmus.

Dan salah satu solusinya adalah melalui pendampingan, rekoleksi maupun retret.

Baginya, retret, rekoleksi atau pembinaan iman bagi keluarga Katolik sangatlah penting.

Kami Ingin Kegiatan Ini Berlanjut

Pasutri, Frederikus Narto dan Yohana Nona Resti memiliki kesan yang sangat positif terhadap retret keluarga katolik ini.

Keduanya baru pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini dan mengaku mendapatkan banyak nilai positif terutama kiat-kiat membangun keluarga Katolik yang berlandas pada kehendak Allah.

Dikatakan Narto, retret ini memberikan kesempatan kepada dia dan istrinya untuk mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan untuk menjadi lebih baik kedepan.

Oleh karena itu, ia berharap kegiatan ini tetap berlanjut dan menjangkau banyak orang.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved