Erupsi Gunung Lewotobi Laki laki

Dampak Abu Vulkanik Lewotobi: Ratusan Siswa SD Dipulangkan Sebelum Jam Sekolah Selesai 

Para siswa yang dipulangkan berasal dari delapan sekolah, diantaranya SDK Hikong, Boganatar, Dungan

Penulis: Arnol Welianto | Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/ARNOLD WELIANTO
TERTUTUP ABU - Siswa SDK Boganatar di Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT dipulangkan akibat abu Gunung Lewotobi Laki-laki menyelimuti lingkungan sekolah, Rabu 20 Agustus 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Ratusan siswa sekolah dasar (SD) di perbatasan Kabupaten Sikka dan Flores Timur dipulangkan sebelum jam sekolah selesai, 20 Agustus 2025.

Siswa yang seharusnya pulang pada jam 12.30 Wita terpaksa kembali ke rumah lebih awal imbas penyebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi. 

Para siswa yang dipulangkan berasal dari delapan sekolah, diantaranya SDK Hikong, Boganatar, Dungan, Kringa, Natarmude, Kolit, Ojang dan Watutena.

Kepala SDK Boganatar, Protus Didimus Marine kepada Tribunflores.com 20 Agustus 2025 siang menyebutkan awalnya para kepala sekolah menggelar rapat menyurati Kepala Dinas PKO Sikka mengenai pelaksanaan pembelajaran di sekolah terdampak abu vulkanik gunung Lewotobi Laki-laki. 

 

Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Alami 28 Kali Tremor Non Harmonik, Teramati Asap Kawah Intensitas Tebal

 

 

Rapat tersebut berakhir dengan kesepakatan pengajuan surat ijin kepada Dinas PKO Sikka terkait jam pelajaran agar bisa disesuaikan dengan kondisi di wilayah terdampak abu vulkanik. 

"Kami dari 8 sekolah yang terdampak, menggelar pertemuan singkat membuat surat ke pak kadis PKO menyampaikan tentang pembelajaran yang terjadi di sekolah terdampak,  karena erupsi ini sehingga kami mau menyampaikan ke pak kadis, pembelajaran tidak sesuai dengan jadwal pembelajaran yang disiapkan oleh lembaga," demikian kata Protus Didimus Marine, ditemui Tribunflores.com di Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Selama ini, kata Protus Didimus Marine, 8 sekolah tersebut melaksanakan KBM bergantung pada intensitas penyebaran abu vulkanik.

"Kalau abu tebal, siswa kami pulangkan sebelum jam sekolah," jelasnya. 

Ia mengaku, orang tua siswa khawatir dengan kondisi anak-anak, sebab hingga kini sebaran abu vulkanik belum mereda.

Pihaknya mengharapkan bantuan air untuk membersihkan abu vulkanik yang menutupi lingkungan sekolah serta bantuan masker untuk siswa dan guru. 

Terpisah, Operator SDK Boganatar, Rosalina Adinda Mystica Lewar bersaksi, tebaran abu vulkanik memenuhi ruang kelas dan kantor mengganggu aktivitas KBM siswa dan guru. 

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved