Berita NTT

Wagub NTT, Dalam Toleransi Tak Ada Orang yang Menghina dan Menelantarkan Sesama

Editor: Egy Moa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi memberikan sambutan dalam dialog FKUB Provinsi NTT di Hotel Sotis Kota Kupang, Rabu 22 September 2021

Laporan reporterTRIBUN FLORES.COM, Irfan Hoi

TRIBUN FLRES.COM,KUPANG-Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Josef Nae Soi mengatakan dalam toleransi tidak ada orang bisa menghina atau menelantarkan sesama hanya karena berbeda agama.

"Ketika kita berhadapan dengan orang lain yang tidak seagama dengan kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berinteraksi dan berinternalisasi dengan orang tersebut, karena ia adalah saudara kita. Itu adalah toleransi civilius," Yosef Nae Soi dalam dialog Kerukunan Umat Beragama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi NTT di Hotel Sotis, Kota Kupang, Rabu 22 September 2021.

Dialog mengusung tema menemukan nilai kerukunan dalam kearifan lokal merupakan forum diskusi para tokoh agama dan tokoh masyarakat se-daratan Flores dan Lembata. Dialog ini diharapkan memberikan berbagai pikiran cerdas dan konstruktif untuk tetap menjaga dan merawat toleransi di NTT sebagai Nusa Terindah Toleransi.

Yosef Nae Soi menjelaskan, forum dialog ini memberikan nilai hidup dan kehidupan bagi seluruh umat beragama di NTT dan Indonesia untuk terus bertumbuh dan berkembang. Ia mendukung dan menghormati forum ini.

Baca juga: Orang Dengan Gangguan Jiwa di  NTT Tertinggi di Indonesia Timur

Ia mengatakan topik yang dibahas sangat relevan dengan kehidupan masyarakat dunia saat ini. Nilainya bisa digali dengan berbagai substansi kearifan lokal yang dapat mendukung peningkatan kerukunan umat beragama. 

"Kerukunan di Indonesia sangat baik, karena adanya toleransi dogmatis dimana toleransi dogmatis itu dikutip dari Kitab Suci dan Alquran. Agamamu untukmu dan agamaku untukku, tetapi kita adalah saudara," sambung Yosef Nae Soi. 

Yosef Nae Soi mengutip ungkapang filsuf Idhan Khalid yang menyebut ajaran dari Isa Almasih yaitu cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu dan cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri sangat memberikan nilai spiritual merawat toleransi di Indonesia.

“Untuk itulah, tidak boleh ada orang yang saling meremehkan atau manjatuhkan, hanya karena perbedaan keyakinan, karena sebenarnya kita semua adalah sesama saudara. Jika di Indonesia ditemukan ada orang yang tidak saling menghargai hanya karena perbedaan agama,  maka sebenarnya orang itu tempatnya bukanlah di Indonesia, karena di Indonesia budaya kearifan lokal adalah saling menghargai dan menjunjung tinggi toleransi," kata Nae Soi menjelaskan.

Baca juga: NTT Raih Urutan Tiga Nasional Program IGA Kemendagri

Memelihara kerukunan menjadi kewajiban individual setiap elemen masyarakat. Peran dan dukungan para tokoh lintas agama sangatlah penting dalam menjaga kerukunan, mengingat penduduk Indonesia masyarakatnya beragama.

Kerukunan masyarakat dapat dikembangkan dengan berbagai cara, antara lain memberikan edukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi, pemahaman multikultural, serta revitalisasi kearifan lokal.

“Untuk itu, saya berharap agar setiap pemeluk agama dapat menjalankan ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya, sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan diantara sesama dan tidak mempertentangkan perbedaan karena pada dasarnya agama adalah mengajarkan tentang kebaikan dan perdamaian," jelasnya.

Menurutnya, kerukunan memiliki relevansi positif yang kuat terhadap pembangunan, semakin rukun suatu masyarakat semakin cepat pembangunan dapat dilakukan. Oleh karenanya, memelihara kerukunan menjadi kebutuhan utama bersama.

Baca juga: Pemprov NTT Pastikan Penghargaan Juara PON Papua

Ketua Panitia, Dr. Yuliana Salosso, saat menyampaikan laporan tertulis dari Ketua FKUB NTT, Dr. Maria Theresia Geme, mengatakan NTT dikenal memiliki masyarakat yang rukun memelihara persatuan dan kesatuan bangsa tanpa melihat perbedaan agama, suku, ras, dan golongan.

Kearifan lokal berkontribusi dalam kehidupan kerukunan anta umat dan masyarakat di NTT, sehingga FKUB melaksanakan dialog antar umat beragama itu untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat NTT berbasis kearifan lokal.

"Diharapkan melalui Dialog Keagamaan ini dapat membangun komitmen bersama dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama di NTT yang berbasis kearifan lokal," katanya.

Berita NTT lainnya