Laporan Reporter TRIBUN FLORES.COM,Ricko Wawo
TRIBUN FLORES.COM,LEWOLEBA-Para murid dan guru SDK Lewotolok 1 yang selama ini masih melakukan aktivitas belajar mengajar di bawah naungan pohon dan tenda darurat harus pindah tempat jika musim hujan tiba.
Bupati Lembata Thomas Ola Langoday menyatakan prihatinnya atas situasi ini.
Gedung SDK Lewotolok 1 di Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape sudah rusak total diterjang banjir April 2021.
Para guru dan siswa sekarang punya dua tenda darurat yang dibangun di hamparan kebun Waesesa, terpal sebagai alas untuk belajar dan papan putih (white board).
Baca juga: Simak Pesan Kadis PK NTT Linus Lusi Buka Workshop di SMKN 1 Ile Ape Lembata
"Kita prihatin. Anak-anak belajar di bawah pohon asam. Suatu situasi yang memprihatinkan," kata Bupati Thomas Ola menyaksikan kondisi sekolah tersebut di perkebunan Waesesa, Rabu 27 September 2021 petang.
Dia memerintahkan Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata Siprianus Meru berkomunikasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Ia mengharapkan BNPB bisa mengirim tenda-tenda besar yang bisa dijadikan kelas-kelas darurat bagi 120 siswa SDK Lewotolok 1 Ile Ape.
Selain itu fasilitas lain seperti kursi dan meja untuk sementara diambil dari sekolah-sekolah di desa terdampak bencana yang hari ini belum melakukan proses belajar dan mengajar.
Baca juga: Bupati Lembata Pastikan Tidak Ada Unsur Balas Dendam Mutasi Pejabat
"Kita siap baik supaya saat musim hujan tiba suasananya lebih terjamin jika dibandingkan dengan situasi sekarang," katanya.
Sebelumnya Yustina Lelo, guru kelas menyebutkan jadwal pembelajaran tatap muka dibagi menjadi dua bagian dalam seminggu yakni pada di hari Senin, Rabu dan Jumat dilangsungkan di lokasi pengungsian mandiri Waesesa.
Pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu pembelajaran dilakukan di rumah penduduk di desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape.
Khusus di Waesesa, para guru dan siswa harus berbagi kelas. Dua kelas di dalam sebuah tenda BNPB, dua kelas di dalam sebuah tenda berwarna putih dan dua kelas lainnya di bawah pohon.
Baca juga: Bupati Lembata Minta Kajati NTT Awasi Pinjaman Daerah Rp 225 Milar
Para siswa, duduk hanya beralaskan terpal, berusaha menyimak dan menulis apa yang diajarkan oleh para guru mereka.
“Kami tetap berusaha supaya anak-anak selalu dapat pelajaran,” tandas Yustina.