Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paulus Kebelen
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di daerah pelosok di Kabuapaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) rupanya sulit dideteksi karena minimnya akses informasi.
Hal itu disampaikan Maria Bernadina Sada Nenu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), Kabupaten Sikka dalam Flores Bicara, Senin 1 Agustus 2022.
Menurutnya, kasus kekerasan perempuan dan anak, seperti fenomena gunung es. Banyak kasus kekerasan seksual, perdagangan manusia, dan kekerasan dalam rumah tangga yang hingga kini belum terdeteksi.
"Yang kita temukan selama ini ternyata hanya bagian kecilnya saja, seperti fenomena gunung es," katanya.
Baca juga: Kapolres Sikka Imbau Nelayan Jangan Gunakan Bahan Peledak saat Melaut
Menurutnya DP2KBP3A memang sudah membangun sinergi lintas sektor untuk mencegah peningkatan kasus kekerasan berbasis gender, namun masih sulit menjangkau masyarakat pelosok.
"Memang kami kesulitan mendapatkan informasi. Saat turun ke pelosok desa, kami menitip pesan agar masyarakat selalu memberikan informasi," ujar Bernadina.
Oleh karena itu, menurutnya, peran media yang terus memberikan informasi tentang kondisi sosial masyakara hingga ke wilayah terpencil sangat membantu DP2KBP3A.
"Sejauh ini memang aktivitas pemberitaan dari teman-teman media sangat membantu kami untuk melakukan pencegahan," ungkapnya.
Dalam upaya pencegahan KDRT, DP2KBP3A membangun kerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial, rumah sakit, pihak kepolisian, dan juga NGO seperti TRUK-F.
Ia menerangkan, strategi yang dilakukan yaitu terus memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mulai dari wilayah kota hingga ke pelosok desa.
Kendala berikut yang dihadapi Dinas DP2KBP3A Sikka yakni belum memiliki UPTD PPA padahal sudah diatur dalam UU nomor 23 tahun 2014 tentang kewajiban pemerintah daerah untuk menyediakan perlindungan perempuan dan perlindungan khusus anak.