Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.” (ay. 56). Ini sebenarnya ungkapan kerendahan hati yang menganggap diri tak layak menyentuh Yesus secara langsung. Tapi jelas ini bukan soal jubah Tuhan sakti.
Jubah hanya alat, sarana yang menghubungkan khalayak pada Yesus. Dengan menyentuh jumbai jubah-Nya, mereka telah ‘menyentuh-Nya’.
Mirip saat kita berusaha menemui Tuhan lewat doa, menjamah Tuhan dengan menyentuh patung Yesus di Gereja, atau berusaha mencium Tuhan dengan mencium salib rosario kita. Simbol, tanda, gestur, semua itu adalah ungkapan iman kita pada-Nya.
Kesembuhan terjadi bukan karena jubah yang sakti, atau seberapa banyak dan bagus atribut rohani yang kita miliki. Semua itu hanyalah benda, material semata. Kesembuhan bisa terjadi karena pertama-tama Tuhan bersedia untuk “keluar” menemui kita.
Selanjutnya, dibutuhkan sikap proaktif dari manusia, untuk bergerak menghampiri Tuhan, mengungkapkan iman kepercayaannya. Hanya orang yang mengenal Yesus yang akan bergegas menghampiri-Nya.
Hanya orang yang percaya kepada-Nya yang akan datang memohon kepada-Nya, untuk sekadar menjamah jumbai jubah-Nya. Yang terjadi kemudian? “Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.”
Doa Penutup
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia.
Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu. Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin. (Sumber The Katolik.COm).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News