Malam itu juga suster dihantar oleh saudaranya ke kampung tetangga karena pemabuk tetap mencari suster.
Sepanjang malam suster berdoa meminta bantuan Tuhan agar pemuda-pemuda yang mabuk itu kembali sadar bahwa apa yang sedang mereka perbuat sungguh tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Besoknya suster kembali ke rumah orangtuanya dan mengajak orangtuanya untuk sama-sama berdoa untuk pemuda-pemuda yang selalu mabuk itu agar bertobat.
Sejak kejadian itu sampai suster kembali lagi ke biara, dia tidak pernah bertemu mereka lagi.
Mereka sudah serahkan uang kepada orangtua suster sebagai tanda ucapan maaf.
Orangtua menyerahkan uang itu kepada suster tetapi suster meminta orangtua untuk serahkan uang itu kepada pastor, meminta pastor mendoakan mereka agar betul bertobat.
Menurut ceritera orangtua suster, bahwa pemuda-pemuda itu sudah bertobat dan tidak mabuk lagi.
Saudara-saudari
Apa yang dilakukan suster ini adalah salah satu bentuk dari perwujudan hukum cinta kasih.
Suster yang hidup hariannya selalu berkomunikasi dengan Tuhan, pikirannya selalu fokus pada Tuhan, hatinya selalu merasa dekat dengan Tuhan, dan selalu merasakan kekuatan dari Tuhan.
Semua pengalaman kedekatannya dengan Tuhan itu sudah menjadi inspirasi baginya untuk mengampuni pemuda-pemuda yang berniat buruk ke atasnya.
Dia sungguh berdoa untuk mereka agar mereka bertobat.
Itulah perwujudan hukum cinta kasih. Bahwa dia mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan dengan segenap kekuatannya.
Rencana buruk dari beberapa pemuda itu dibalasnya dengan kasih, dibalasnya dengan doa, dibalasnya dengan mempersembahkan misa khusus untuk mereka agar bertobat dan mengubah sikap sesuai dengan kehendak Allah.
Selain suster mencintai Tuhan, dia juga sudah mencintai sesamanya.