Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul. Mereka berkata, “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjizat.
Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.”
Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka, “Kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.”
Hal ini dikatakan Kayafas bukan dari dirinya sendiri. Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat bahwa Yesus akan mati untuk seluruh bangsa; bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di tengah orang-orang Yahudi. Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim.
Di situ Ia tinggal bersama murid-murid-Nya. Waktu itu hari raya Paskah orang Yaudi sudah dekat, dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu.
Mereka mencari Yesus, dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain, “Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Katolik Sabtu 1 April 2023 ini kita merenungkan bacaan-bacaan Kitab Suci dan Bacaan Injil hari ini yaitu Yohanes 11:45-56.
Berbagai agama atau adat istiadat mengenal ritus “korban”. Berbagai jenis binatang atau hasil bumi “dikorbankan” atau “dipersembahkan” kepada Yang Ilahi demi keselamatan kelompok agama atau adat tersebut.
Diyakini bahwa “yang dikorbankan” itu akan “membawa” berbagai penyakit atau sebab-sebap penderitaan. Hal senada juga kita kenal dalam peperangan dengan adanya “pasukan berani mati atau pasukan bunuh diri”.
Apa yang dikatakan oleh Kayafas dalam Injil diatas seklias merupakan langkah bijaksana untuk keselamatan bangsa. Jika ditinjau dari situasi politik, pendapat tersebut memang masuk akal.
Yesus dianggap provokator dikalangan rakyat. Jika huru-hara terjadi, tentara Roma pasti akan bertindak. Akibatnya, bisa jadi Bait Allah akan dirampok dan seluruh bangsa ditumpas oleh mereka.
Pertimbangan politis itu menjadi kata kunci yang membulatkan niat para musuh Yesus untuk menangkap dan membunuh-Nya. Persoalannya, apakah kehadiran Yesus akan mengakibatkan huru-hara?