Semana Santa 2023

Semana Santa 2023, Wisata Religi yang Sangat Sakral, Prosesi Laut hingga Darat yang Unik

Penulis: Gordy Donovan
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI SEMANA SANTA - Semanta Santa Larantuka digelar kembali tahun 2023.Semana Santa wisata religi yang sangat sakral. Ikut prosesi Semana Santa 2023 di Larantuka.

Cerita rakyat yang beredar bisa dipastikan bahwa tradisi Semana Santa dimulai sejak penemuan Patung Tuan Ma di Pantai Larantuka pada tahun 1510.

Patung tersebut diperkirakan terdampar di pantai akibat karamnya kapal milik Portugis di perairan Larantuka. Atas perintah dari Kepala Kampung Lewonama saat itu, patung Tuan Ma tersebut kemudian disimpan di rumah pemujaan korke (bahasa lokal).

Warga setempat yang kala itu belum mengenal sosok patung tersebut, kemudian menghormatinya sebagai benda sakral. Masyarakat pun kerap memberikan sesaji ketika merayakan peristiwa tertentu seperti perayaan panen dan perayaan-perayaan lainnya.

Perayaan Semana Santa di tempat ini terjadi tiga kali, yang kerap disebut dengan Hari Baedi Nagi, Hari Bae diKonga, dan Hari Baedi Wureh.

Perayaan ini menempatkan Yesus dan Bunda Maria yang berkabung menyaksikan penderitaan anaknya sebelum dan saat disalibkan sebagai pusat ritual.

Wureh, Adonara Barat, Flores Timur adalah sebuah desa yang memiliki pengaruh kuat dari budaya Portugis. Desa ini terletak di Pulau Adonara atau tepatnya di Kecamatan Adonara Barat yang dapat ditempuh dengan transportasi laut selama kurang lebih 20 menit dari kota Larantuka.

Baca juga: Semana Santa 2023, Pj Bupati Flores Timur Minta Ciptakan Iklim Nyaman Bagi Peziarah di Larantuka

Sejarah Semana Santa

Pada tahun 1500-an, Larantuka sangat kuat menjalani tradisi tua kekatolikan dengan devosi Katolik kepada Bunda Maria sebagai pusat iman.

Melalui Maria, seseorang akan sampai kepada Yesus. Dalam tradisi Larantuka, serangkaian ritual rohani dan upacara keagamaan ini disebut dengan Semana Sancta (semana = seminggu/sepekan, sancta = kudus) atau dalam tradisi Gereja Katolik disebut dengan pekan suci.

Semana Santa di Larantuka tidak bisa dilepaskan dengan warisan Portugis untuk Indonesia baik secara umum dan khususnya untuk Larantuka.

Orang Katolik Larantuka masih tetap mewarisi ritual keagamaan yang ditinggalkan bangsa Portugis itu secara lengkap. Sejarah tradisi menjadi jawaban atas terjadinya hal ini.

Tradisi ini dibawa oleh Portugis yang datang untuk berdagang rempah-rempah, termasuk cendana dari Pulau Solor dan Timor pada abad ke-16 yang berpusat di Lohayong, Solor Timur, Flores Timur.

Pada awalnya, setelah menaklukkan Bandar Malaka tahun 1511, kapal-kapal dagang milik Portugis berlayar menuju Kepulauan Maluku dan Kepulauan Banda untuk mencari rempah-rempah.

Sebagian kapal-kapal Portugis itu ada yang bergerak tajam ke arah selatan ketika melewati Laut Flores atau Laut Banda. Mereka singgah di pulau-pulau yang menghasilkan kayu cendana putih yang tumbuh subur di sana.

Jenis kayu ini sudah sejak lama menjadi barang dagangan yang dicari oleh para pedagang-pedagang asal Tiongkok dan dipakai sebagai bahan pembuatan dupa, minyak wangi, dan peti mati yang berbau wangi.

Halaman
1234