Orang yang tulus selalu jujur dalam kata dan perilakunya.
Tidak ada yang perlu disembunyikannya sehingga tidak ada yang perlu ditakutkannya.
Orang-orang Farisi yang memusuhi Yesus pun mengakui, "Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut pada siapa pun juga" (ay. 14).
Sebaliknya, seorang penipu, pembohong, atau pencuri selalu waswas karena takut keburukannya terbongkar.
Ketulusan dan kejujuran ini pula yang diupayakan Tobit dalam bacaan pertama.
Kendati telah menjadi buta dan tergantung pada istrinya, Tobit tetap ingin hidup jujur dalam kemiskinannya.
Maka, ia meminta istrinya untuk mengembalikan anak kambing yang dibawa pulang istrinya, sekiranya itu dicuri dari orang.
Walaupun kejujuran itu penting, kadang tidak mencukupi. Orang perlu juga cerdik dalam hidup.
Sebab, anak-anak dunia yang culas memiliki banyak cara untuk memperdaya orang jujur.
Orang-orang Farisi hendak memperdaya Yesus yang jujur lewat pertanyaan yang menjebak, tetapi tidak berhasil, sebab Yesus mengetahui maksud jahat mereka.
Cerdik berarti mampu melihat yang tersirat di balik yang tersurat, niat asli di balik kepalsuan ekspresi.
Yesus yang cerdik tidak bersikap reaktif dan terperangkap dalam irama pertanyaan yang disodorkan. Ini menjadi lebih mudah bagi Yesus karena la bukan orang yang mencari muka.
Sikap suka mencari muka bisa menghambat orang untuk bersikap jujur maupun untuk jernih dalam berpikir.
Ya Yesus, bantulah kami agar dapat hidup sebagai murid-Mu yang tulus dan cerdik. Semoga kami teguh dalam kejujuran kendati ada banyak godaan di sekitar kami. Amin. (sumber adiutami.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News