TRIBUNFLORES.COM, ADONARA BARAT - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengapresiasi pelaksanaan Festival Benih Leluhur di Waiotan Desa Pajijian, Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kegiatan festival benih leluhur digelar sejak Minggu Minggu (18/6/2023) hingga Rabu (21/6/2023).
Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi, mengapresiasi atas pelaksanaan kegiatan Festival Benih Leluhur.
Bagi Hadi, kegiatan tersebut sangat luar biasa karena peserta sangat antusias mengikuti berbagai kegiatan.
Baca juga: Manfaatkan Pangan Lokal, Peserta Festival Benih Leluhur Dilatih Bikin Kue Tar dari Sorgum
Kegiatan itu merupakan kerja sama yayasan agro Flores dan Yapensel dan juga Kemendikbudristek.
Ia berharap kegiatan tiga hari ini membawakan dampak bagi masyarakat Adonara khususnya dan umumnya masyarakat Flores Timur.
"Tentunya kegiatan tidak hanya sebatas pemahaman dari materi-materi dari narasumber akan tetapi yang paling penting adalah praktek, karena ini yang paling penting. Kami dari kementerian menyampaikan terima kasih kepada Pemda, NGO dan masyarakat yang sudah ikut dalam kegiatan ini,"ujar Hadi saat penutupan Festival Benih Leluhur, Selasa 20 Juni 2023 malam.
Ia mengajak agar masyarakat lokal dan masyarakat adat tetap melestarikan kearifan lokal sehingga tidak punah.
"Mari kita sama-sama pertahankan kearifan lokal di Adonara. Kalau bukan oleh kita siapa lagi kalau bukan sekarang kapan lagi. Kita rawat untuk diketahui oleh cucu kita nanti. Mudah-mudahan kegiatan ini dilanjutkan dan tidak sebatas ini. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan selama kami disini,"ujarnya.
Baca juga: Festival Benih Leluhur di Adonara Barat, Pelestarian Warisan Leluhur hingga Merawat Lingkungan
Peserta Senang
Onci Tobil (40) warga Desa Tapobali, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata membawa beberapa pangan lokal dari desanya, seperti sorgum, kacang bengo, uta ina, dan jewawut (jali-jali).
Ada juga hasil karya kerajinan, seperti kleka (nyiru), hebeng (tempat isi siri pinang dan tembakau), dan sidu baku (bakul).
"Kacang bengo dan uta ina itu sejenis kacang-kacangan. Sampai sekarang kami masih konsumsi sehari-hari," ujar Onci di sela-sela kegiatan festival, Selasa (20/6/2023).
Yulita Peni (58), peserta lain, menuturkan, kacang bengo dan uta ina sudah dikonsumsi sejak dahulu kala, bahkan menjadi makanan pengganti nasi.