Seorang perwira yang mau turun tangan atas hambanya merupakan sikap yang sangat langka terjadi. Maka bisa dimengerti bagaimana Yesus ‘memuji’ sikap perwira itu. Pada umumnya yang terjadi adalah seorang perwira bisa bertindak sewenang-wenang atas hambanya.
Meski punyai jabatan tinggi, perwira itu sadar bahwa ia tidak mempunyai kekuasaan untuk menyembuhkan penyakit hambanya. Ia percaya hanya Yesus yang mampu memberikan kesembuhan.
Bercermin pada dirinya sendiri, perwira itu hanya meminta ‘perintah’ dari Yesus supaya hambanya sembuh.
Ia yakin dan percaya bahwa perintah Yesus itu akan efektif dan memberi daya kesembuhan. Dan demikianlah yang terjadi atas hambanya.
Dihadapan Yesus, perwira itu mampu menjadi perwira atas orang lain dan atas dirinya sendiri. Hal ini jarang kita jumpai dalam kehidupan kita. Sering kali jabatan menjadi senjata bagi kita untuk memerintah dengan kekuasaan.
Seringa kali kedudukan tinggi membuat kita lupa akan keadaan orang-orang yang membantu kita ada kedudukan itu.
Kisah perwira ini menjadi inspirasi bagi kita bahwa dihadapan Tuhan, jabatan dan kedudukan sudah semestinya menjadi medan kita dalam melayani orang lain.
Semoga kita mampu menjadi seperti perwira itu, mempunyai jabatan yang tinggi dan sekaligus mempunyai iman yang mendalam. Lebih dari itu, semoga kita mampu hidup dari sabda Yesus.
Doa Penutup
Allah Bapa Mahakuasa, tiada sesuatu yang mustahil bagi-Mu: Di mana ada tempat gersang, Engkau memberikan hidup; di mana orang hampir kehilangan hidup, Engkau memberikan harapan.
Semoga kami Kau bangkitkan serta Kau jadikan orang yang riang gembira, karena selalu Kaulindungi dan Kau jaga.
Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin. (sumber https://www.renunganhariankatolik.web.id/).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News