TRIBUNFLORES.COM, ENDE- Tiwu Ldapha Ldhero terletak di perbatasan antara Kabupaten Ende dan Nagekeo. Destinasi wisata alam ini berada tepatnya di wilayah Desa Watumite, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende.
Jauh dari keramaian, Tiwu jika diartikan adalah kolam. Tiwu Ldapha Ldhero yang melengkung indah di tengah hutan dan tak jauh dari perkampungan warga. Kolam alaminya menampung air yang mengalir dari tebing batu sebuah air terjun.
Tebing batu yang ditumbuhi lumut hijau tampak mengkilap saat percikan air terjun jatuh. Pohon-pohon yang asrih tumbuh tinggi mengelilingi Tiwu Ldapha membuat suhu udara menjadi sejuk dan dingin.
Tempat wisata ini seperti menciptakan ruang kontemplasi. Saat riak air yang jatuh dari tebingnya dan mengalir seolah memberikan ketenangan bagi pengunjung.
Baca juga: Wisata Pantai yang Estetik dan Eksotis di NTT dari Labuan Bajo Hingga Pulau Sumba
Airnya yang bersih berwarna hijau tosak berpadu dengan keindahan alam di sekitarnya. Panorama alam ini sangat cocok dijadikan tempat healing saat liburan. Melepaskan segalah kepenatan dengan merasakan kesejukan air Tiwu Ldapha atau mungkin berenang.
Pesona keindahan wisata alam Tiwu Ldapha dari kolam, air terjun dan sekitaranya tak kalah indah dari destinasi wisata alam lainnya di Kabupaten Ende.
Keberadaan tempat wisata alam ini mulai dikenal setempat masyarakat maupun wisatawan asing yang berlibur di Ende. Di balik keindahan alamnya, destinasi wisata Tiwu Ldapha Ldhero belum memiliki pra sarana yang memadai untuk pengunjung.
Dilansir Pos Kupang, Jumat 17 Juni 2022, Kepala Desa Watumite, Kristoforus Aryanto Dei Siu mengungkapkan, wisata alam ini membutuhkan akases jalan yang bagus, rest area dan toilet umum.
Berwisata di Tiwu Ldapha Ldhero tidak hanya mengeksplor alamnya. Ada cerita menarik yaitu mitos di balik tempat wisata ini yang bisa didapatkan dari penduduk setempat.
Baca juga: Wisata Flores, Rekomendasi 12 Tempat Wisata Alam dan Sejarah di Ende
Mitos Dibalik Keindahan Tiwu Ldapha Ldhero diceritakan Kristoforus. Ia mengatakan mitos tersebut diwariskan secara turun temurun tentang Tiwu Ldapha Ldhero.
Dijelaskannya, pada zaman dahulu kala, ada acara gkua lodha (sunatan) untuk seorang anak laki-laki yang akan memasuki masa remaja atau dewasa di sekitar lokasi tersebut.
Acara tersebut biasanya diiringi dengan musik Gko Ldapha (Gong/gendang). Alunan musik gong atau gendang semakin memikat pendengar dan peserta undangan.
Acara semakin meriah dengan adanya tari-tarian. Para tamu undangan pun sorak sorai. Tiba-tiba seorang gadis bernama Lderho hilang dibawa nitu (roh halus).
Dalam tradisi adat setempat, orang yang hilang disebabkan nitu rhoko (roh halus sembunyi). Untuk mencari orang yang hilang biasanya mereka memukul gong atau gendang di sekitar lokasi obyek wisata tersebut.