"Peningkatan untuk apa, dia mensubsidi anak-anak yang ada mendapat level 1,2,3 dan seterusnya yang rendah. Tidak semua ada dilevel maksimal, itu yang salah," sebutnya.
Prof Maxs memberi contoh pada gaya hidup masyarakat yang justru lebih mengedepankan sebuah hajatan ketimbang pendidikan. Ia menilai biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan justru dikalkulasi dengan sangat rumit dan detail, bahkan mendorong adanya beasiswa.
Baca juga: BMKG Minta Nelayan Waspadai Cuaca Maritim di NTT 16 - 18 Juli 2023
Dia bilang itu memang fakta yang terjadi di era sekarang. Di samping itu, tuntutan juga diberikan orang tua ke kampus agar anak-anaknya berkualitas seperti kampus terkemuka lainnya yang justru UKT nya lebih tinggi.
Selain itu, keluhan juga datang dari mahasiswa tentang sarana prasarana yang kurang. Ironi ini yang perlu kontribusi bersama dalam membangun kualitas pendidikan.
Prof Maxs mengajak mahasiswa yang ada untuk melakukan registrasi agar tercatat. Undana Kupang akan melakukan verifikasi dan validasi ulang jika ada keluhan yang masuk.
Proses verifikasi dan validasi itu bisa saja tim akan melihat langsung ke lapangan. Pada bagian itu, UKT bisa saja tetap, naik atau menurun.
Baca juga: Jadwal Kapal Ferry NTT 17 Juli 2023, Maumere-Kupang-Larantuka-Lembata-Rote-Sabu-Ende
Prof Maxs melihat itu berangkat dari pengalaman beberapa penelurusan yang ia lakukan terhadap latar belakang mahasiswa yang mengeluh masalah UKT itu.
"Ini bukan kiamat, kalau memang benar-benar ini, nanti kita akan lakukan verifikasi dan validasi kalau ada yang bersurat. Tapi karena kita dikejar oleh waktu untuk segera mengumumkan kelulusan mandiri, maka kita tidak punya waktu untuk melakukan verifikasi dan validasi orang yang ini, kalau kita sampai lapangan dan mendata kembali lagi. Sementara kepastian kuota mahasiswa mandiri itu berapa. Kita tidak bisa menunda registrasi," ujarnya.
Tetapi, Prof Maxs menegaskan UKT yang ada bukan sebuah ketetapan mutlak. Menurut dia, UKT sangat. dinamis. Ia mencontohkan, jika dalam perjalanan ada orang tua atau penanggung biaya mahasiswa itu meninggal dunia atau sakit, kampus bisa menurunkan UKT.
"Kalau ada laporan orang tua meninggal, saya turunkan. Yang penting sampaikan. Kalau ada bukti yang nyata. UKT itu fleksibel sesuai dengan kemampuan finansial orang tua atau wali yang menanggung biaya mahasiswa," kata Prof Maxs.
Baca juga: Bank NTT Cabang Bajawa Bawa Solusi Atasi Persoalan Akses Air Bersih dan Utang di Desa Manu Bhara
Ia berpesan bahwa pendidikan memang mahal. Bagi orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya maka wajib menyediakan biaya pendidikan yang cukup. Kalau pun adanya harapan pada beasiswa, dia mendorong agar anak-anaknya dididik lebih ekstra agar mendapat kesempatan beasiswa itu.
Prof Maxs mengingatkan orang tua tidak boleh terlena dengan status 'kemiskinan' untuk memperoleh bantuan. Lebih dari itu, dorongan untuk mengejar prestasi bagi anak-anak hal penting untuk meraih kesempatan lebih besar.
Apalagi, kata dia, di era sekarang ini banyak juga pekerjaan paruh waktu yang bisa dikerjakan oleh mahasiswa untuk menambah finansial selain beasiswa.
"Mari kita bekerja keras agar anak-anak kita membanggakan kita suatu waktu bahwa, loh, saya jadi begini karena orang tua saya walaupun petani, tapi mereka bekerja keras, banting tulang dan menjadikan saya sarjana, itu kebanggaan yang akan diingat oleh anak-anak kita," kata dia. *
Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News