TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Sebagai desa wisata penyanggah kawasan Taman Nasional Kelimutu, Desa Pemo memiliki potensi alam dan budaya yang beragam untuk dikembangkan.
Pemerintah Desa Pemo menggelar festival budaya Joka Ju Tedo Tembu Wesa Wela Tanah Pemo 2023 untuk mempromosikan wisata alam dan budaya Desa Pemo, salah satunya agrowisata. Festival Joka Ju ini dimulai dengan ritual So Bhoka Au (bakar bambu) pada Minggu 1 Oktober 2023.
Melalui ritual So Bhoka Au, 11 mosalaki (tetua adat) melaksanakan ritual ini untuk menetapkan tanggal ritual Joka Ju pada 23 Oktober 2023 mendatang dan akan dilanjutkan dengan Festival Joka Ju Tanah Pemo dimulai 24 Oktober 2023.
Ramlan, Ketua Panitia Festival Joka Ju Tedo Tembu Wesa Wela 2023 menjelaskan, festival ini merupakan ruang untuk mempromosikan potensi alam dan budaya di Desa Pemo sekaligus menggerakan ekonomi masyarakat desa. Salah satu destinasi wisata yang ditawarkan dalam festival ini adalah agrowisata.
Baca juga: Ritual Adat So Bhoka Au, Jelang Festival Joka Ju Tanah Pemo 2023 di Ende
Tanaman Hortikultura
Desa Pemo ini berada di lereng Gunung Kelimutu atau kawasan Taman Nasional Kelimutu dengan ketinggian 960 mdpl. Memiliki udara yang cukup diingin karena dekat dengan kawasan hutan.
Kondisi ini membuat Desa Pemo menjadi kawasan pengembangan hortikultura dan aset agrowisata Desa Pemo di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.
Masayarakat Desa Pemo bergelut sebagai petani hortikultura dan tanaman komoditi (kopi, cengkeh dan lainnya). Tanaman hortikultura yang dibudidaya mulai dari kentang, wortel, tanaman bawang dan lainnya.
Baca juga: Festival Kelimutu Syarat Makna Religius Bukan Sekedar Rutinitas
Selain tanaman hortikultura yang menjanjikan, masyarakat setempat juga mengembangkan tanaman penghasil buah seperti apel, stroberi dan jeruk. Strobery di kawasan Desa Pemo sangat terkenal karena menjadi buah tangan wisatawan yang pulang berwisata dari Danau Kelimutu.
Hasil tanaman hortikultura ini yang menghidupi masyarakat Desa Pemo. Selain kebun kopi, di desa ini juga dapat ditemukan jenis tanaman lain di antaranya, kemiri, jambu mente, jagung, padi, bambu, pisang, kacang-kacangan
Stefanus Setu (75), tetua adat (Mosalaki Pu'u) Desa Pemo bergelut sebagai petani hortikulutura. Pria usia lanjut ini cukup lama mengembangkan kentang, wortel dan tanaman lainnya di kebun.
"Saya tanam kentang, wortel dan daun bawang sudah puluhan tahun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dulu kami jual di Pasar Moni pakai pikul dan jalan. Kalau sekarang pengepul langsung datang di kebun dengan mobil pick up,"kata Stefanus.
Pengembangan Agrowisata