Mereka juga akan ditemani secara khusus oleh tuan rumah untuk bercengkerama. Hal seperti ini wajar terjadi dalam masyarakat.
Jika hal itu wajar dalam masyarakat, termasuk juga dalam masyarakat Yahudi. Pertanyaannya, mengapa Tuhan Yesus mengkritik para tamu yang menduduki tempat kehormatan? Perlu kita pahami bahwa semua pesta itu berlangsung lama, bisa selama tujuh hari.
Banyak orang akan datang dari mana pun, dan orang tidak tahu siapa yang akan datang, termasuk status sosial ataupun kedudukan para tamu itu. Begitu yang lebih penting datang, tentu akan menggeser tamu yang status sosialnya dipandang lebih rendah.
Yang dikritik oleh Yesus adalah sikap tamu yang merasa dirinya yang paling terhormat dan merasa berhak menduduki tempat kehormatan.
Harga diri yang tinggi dan sikap 'gila hormat' justru akan mempermalukan diri sendiri. Tuhan mengingatkan bahwa "barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.'
Melalui pengajaran dan kisah ini, Tuhan Yesus mengundang kita untuk sadar diri, siapakah saya dan bagaimana saya harus memosisikan diri dalam masyarakat.
Jika orang menghormati kita karena status maka ketika status itu berubah atau hilang, orang tidak lagi menghormati kita.
Jangan menggunakan status untuk mencari keuntungan dan kehormatan. Orang sepantasnya menghormati kita karena kualitas hidup kita dan arti hidup kita bagi mereka.
Ya Bapa, jauhkanlah kami dari sikap mengedepankan status dan mencari penghormatan. Ajarlah kami untuk mawas diri dan menjadikan diri kami berarti bagi orang lain. Amin. (sumber adiutami.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News