Tantangan dari banyak kalangan membuka peluang bagi Yesus untuk mengacu kepada diri-Nya sendiri sebagai Bait Allah yang sesungguhnya, yakni Pribadi yang menghadirkan Allah sendiri, bahkan Dialah Putra Allah yang menentukan sejarah penyelamatan umat manusia.
Yesus dengan tegas menegur orang-orang yang mengotori dan berjualan dalam Bait Allah. Bagi Yesus, Bait Allah dibangun sebagai tempat perjumpaan antara Allah dan manusia.
Bait Allah adalah tempat berdoa, tempat keheningan dan setiap orang dapat menimba inspirasi bagi hidupnya. Namun tujuan itu menjadi terganggu dengan berbagai usaha dan kepentingan pribadi untuk mencari keuntungan diri.
Secara pribadi kita disadarkan bila sedang berada dalam rumah doa, didalam gereja. Kita mesti jujur bahwa kadang sikap dan perbuatan kita bisa mencemarkan Rumah Allah.
Kadangkala ada yang makan sewaktu perayaan Ekaristi, kadang juga ‘gereja’ bisa menjadi “pasar”, tempat ngobrol, main hp, tidur, dan lain sebagainya. Sikap-sikap inilah yang hendak dikoreksi oleh Tuhan Yesus.
Bacaan diatas juga bisa mengingatkan kita bahwa diri kita adalah Bait Allah. Dalam hidup kita Tuhan menunjukkan kepada kita betapa tinggi nilai badan kita. Betapa Dia menciptakan kita sangat baik adanya, bahkan secitra dengan-Nya.
Patutlah bagi kita untuk senantiasa menjaga martabat kita yang suci dan luhur, serta menghindari hal-hal yang merendahkan martabat dan badan kita. Semoga kita tidak menyalahgunakan badan kita dengan mencari hiburan ataupun kenikmataan sesaat.
Terlebih semoga kita senantiasa menaruh hormat dan menjaga martabat Tuhan sendiri yang Ia pertaruhkan dalam diri sesama kita.
Marilah pada masa ini kita sungguh-sungguh menata tempat-tempat doa kita sebagaimana kita menata hati kita agar menjadi tempat yang pantas bagi Tuhan. Kita adalah Bait-Nya. Karena itu biarkan Tuhan sungguh-sungguh bertahta dalam kehidupan kita yang nyata. (sumber renungan katolik.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News