Injil hari ini mengemukakan perumpamaan domba yang hilang; menceriterakan seorang gembala yang berusaha mencari seekor domba yang hilang. Sang gembala meninggalkan 99 domba yang lain dan pergi mencari domba yang tersesat.
Dia tidak lagi berpikir tentang kenyamanan domba-domba yang berkumpul bersamaan dalam satu tempat, tetapi konsentrasi dan pusat perhatiannya terfocus pada yang hilang.
Yang sangat menarik bahwa jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada yang ke-99 ekor yang tidak tersesat.
Lalu Yesus mengungkapkan: “Demikian Bapa-mu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
Kalau saya renungkan apa yang dikatakan Yesus ini, perkataan-Nya sungguh benar dan diriNya sudah menjadi perwudjudan cinta Tuhan terhadap manusia. Kita manusia adalah domba yang sesat itu.
Kita tersesat bukan karena kesalahan siapa-siapa, tetapi karena kita kemungkinan besar salah memanfaatkan kebebasan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.
Kalau kita berpikir tentang domba yang sesat itu. Domba yang tersesat karena dia tidak mengikuti kawanan domba yang lain dan tidak mengikuti tuntuntan gembalanya.
Domba itu mungkin melihat rumput yang hijau di salah satu tempat dan lari kesana, sementara yang lain masih mengikuti tuntunan gembalanya.
Atau karena keasikan menikmati enaknya rumput yang hijau dan segar, dia tidak peduli lagi dengan perintah tuannya.
Kalau kita ingat sejarah kejatuhan manusia ke dalam tangan Setan, akar kesalahannya adalah mengikuti kehendak sendiri, dan mau menyamakan diri dengan Tuhan. Tetapi walaupun demikian, Tuhan tidak pernah melupakan manusia.
Ia tetap mencintai manusia. Karena cintaNya, Ia sampai mengutus PuteraNya ke dunia mencari manusia yang tersesat itu. Ia bekerja keras yakinkan manusia agar kembali kepada Bapa.
Puncak daripada kasih dan cintanya kepada manusia adalah mati di Salib. Tuhan sungguh mengasihi manusia. Lalu bagaimana tanggapan kita akan kasih Tuhan?
Marilah kita manfaatkan masa Adven ini untuk meneliti batin kita masing-masing. Apakah kita selalu berada dalam gembalaan Tuhan kita atau justru kadang kita tersesat.
Kalau kadang kita tersesat, marilah kita meminta bantuan Yesus Kristus agar Ia mencari-menemukan, menuntun kita kembali kepada kawanan domba yang lain, yang selalu mengalami kasih Allah. Hendaklah kita percaya senantiasa bahwa Tuhan Allah itu sangat mengasihi kita.
Doa Penutup
“Ya Tuhan Allahku, ampunilah aku, domba-domba-Mu yang sering tidak mengindahkan tuntunan-Mu, yang sering meninggalkan kawanan-Mu dan hanya mau menikmati kebebasanku.
Curahkanlah belaskasih pengampunan-Mu atas segala dosaku. Amin. (sumber the katolik.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News