Kepada TRIBUNFLORES.COM di Pelabuhan Maumere, Ferdinando mengaku dirinya berjualan pisang goreng karena berkat pisang goreng ini kini ia bisa menjadi anggota TNI.
Ia bahkan menuturkan, ketika sudah selesai bertugas ia mengisi waktu luang di luar jam dinas kemiliteran menjual pisang goreng di Pelabuhan Lorens Say Maumere saat kapal penumpang merapat di dermaga.
Anak keempat dari pasangan Almarhum Stefanus Koten dan Almarhumah Marta Iwi da Gomez, mengisahkan usaha jual pisang goreng dan usaha kios saat kapal masuk ini merupakan usaha orangtuanya sejak tahun 1992.
Ia teringat ketika kapal masuk di Maumere, bapak dan mama sering berjualan di areal pelabuhan.
Yang mengharukan bagi Ferdinando kisah dan kenangan orangtuanya berjualan pisang goreng membuat teringkat akan kerja keras bapak, mama dan kakaknya.
Ia menuturkna, selepas mamanya meninggal kakaknya masih meneruskan usaha tersebut.
"Dari usaha jual pisang goreng milik orangtua inilah saya bisa menyelesaikan pendidikan tingkat dasar sampai SMA hingga menjadi anggota TNI Angkatan Darat seperti sekarang ini," ungkap Ferdinando.
Menurutnya, ia tidak pernah malu untuk bantu kakaknya menjual pisang goreng di pelabuhan.
"Saya dididik dari orangtua tidak mengenal malu kalau apa yang dikerjakan itu kita mengeluarkan keringat dan untuk apa malu kalau hal-hal yang kita lakukan benar-benar halal," katanya
"Yang saya lakukan jual pisang goreng ini hanya isi waktu kosong di luar jam dinas dan tidak menggangu pekerjaan dinas," ungkap Ferdinando Antonius Koten yang pernah bertugas sebagai Satgas Unifil di Libanon tahun 2016-2017 silam, dan Bataliyon Raider Khusus 744 Syb Atambua.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News