Gunung Lewotobi Erupsi

Tokoh Adat Sebut Ada Tanda Alam Pasca Ritual Adat Minta Maaf ke Gunung Lewotobi di Flores Timur

Penulis: Paul Kabelen
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KAWASAN WULANGGITANG - Suasana Kawasan Jalan Raya Wulanggitang pasca hujan lebat, Rabu 3 Januari 2024. Tokoh Adat Sebut Ada Tanda Alam Pasca Ritual Adat Minta Maaf ke Gunung Lewotobi di Flores Timur

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Ritual adat 'Tuba Ile' atau memberi makan Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan sudah digelar enam suku di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Rabu, 3 Januari 2024, kemarin.

Ritual oleh suku Puka, Wolo, Tobi, Kwuta, Noba, dan Tapun itu sebagai permohonan maaf atas perilaku manusia yang menyimpang dengan alam, seperti membakar hutan, menebang pohon, menggali pasir dan pelanggaran lainnya.

Selesai menggelar Tuba Ile, sekira 30 menit berselang pemukiman itu kembali diguyur abu vulkanik berupa belerang. Kadar belerang di Desa Nawokote semakin tebal, sekitar 4-5 centimeter.

Sedang para tetuah adat, termasuk suku Puka selaku pemilik Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan tampak duduk menenggak arak, minuman tradisional.

Baca juga: Penutupan Sementara Bandara Frans Seda Maumere Diperpanjang, 6 Penerbangan Hari Ini Dibatalkan

 

Tuan Tanah Nawokote, Tobias Lewotobi Puka, mengatakan Gunung Lewotobi Laki-Laki atau tuturan adat disebut 'Ile Lake' saat ini masih bekerja (erupsi).

Sehingga, kata dia, ritual Tuba Ile hanya dilakukan di dekat kampung berjarak sekira 2 kilo meter.

Puncak Tuba Ile yang ditandai dengan pemotongan anak kambing akan berlangsung di kawasan gunung.

"Kami datang sampaikan niat bahwa kami sudah tahu (ada teguran nenek moyang). Jadi tunggu selesai kerja (erupsi) baru kami naik ke atas," katanya.

Setelah hujan vulkanik, sekira empat jam kemudian beberapa desa di Wulanggitang diguyur hujan cukup lebat, salah satunya lokasi pengungsian di Desa Boru.

Masyarakat Nawokote meyakini ritual Tuba Ile membawa berkah. Mereka mulai legah karena hujan membersihkan belerang yang melanda wilayah itu sejak tanggal 1 Januari 2024.

"Kami di Desa Nawokote selalu buat ritual, jadi kalau sudah digelar itu kami rasa legah, ada efeknya," kata salah satu pengungsi, Sakarias Kwuta.

Baca juga: Bandara Ende Tutup Akibat Paparan Abu Vulkanik Erupsi Gunung Lewotobi, Flores Timur

Hingga pukul 11.29 Wita hari ini, Kamis, 4 Januari 2024, hujan intensitas sedang masih mengguyur wilayah Boru dan sekitarnya. Jalanan yang mulanya tertutup belerang warna abu-abu suda bersih.

Sementara Gunung Lewotobi Laki-Laki masih mengeluarkan abu vulkanik dengan dua rekahan. Asap membumbung tinggi lalu mengarah ke barat Pulau Flores.

Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Pululera masih menetapkan status level III (Siaga). Warga diharapkan tidak beraktivitas dengan radius 3-4 kilo meter dari pusat Gunung Lewotobi Laki-Laki maupun Gunung Lewotobi Perempuan.

Ritual Adat

Sebelumnya, langit Desa Nawokote di  Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, masih diselimuti kabut  vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki, Rabu, 3 Januari 2023.

Para pria lanjut usia berjalan kaki sejauh 1,5 Km menuju lokasi perkebunan di Dusun Bawalatang membawa sirih pinang, telur ayam, arak, tembakau, dan braha. Perjalanan memakan waktu sekira 20 menit lamanya.

Debu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki menempel sendal jepit para lanjut usia yang tergabung dalam Lembaga Pemangku Adat (LPA) Nawokote itu.

Mereka berkumpul di areal perkebunan di Dusun Bawalatang, berjarak sekira 3 Km dari pusat gunung untuk memulai ritual 'Tuba Ile' atau memberi makan Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.

Ritual sakral sebagai ungkapan permohonan maaf atas semua kesalahan melibatkan suku Puka, Wolo, Kwuta, Noba dan Tapun. Suka Puka adalah pemilik dua gunung yang dikenal dengan pasangan 'Suami dan Istri' itu.

Ketua LPA Nawokote, Mikhael Dare Wolor, mengatakan muntahan abu vulkanik dari Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan teguran untuk manusia yang serakah dan berbuat menyimpang dengan alam.

"Masih ritual permulaan. Itu permintaan maaf atas perbuatan yang sangat mengganggu Ile Bele (gunung besar). Kami juga minta supaya berhenti sudah, sekaligus mengingatkan bahwa kami sudah tahu," katanya usai ritual.

Baca juga: Abu Vulkanik Erupsi Gunung Lewotobi Masuk Ende, Bupati Djafar Ajak Warga Pakai Masker

Mikhael mengatakan, tetua adat, tuan tanah serta masyatakat sangat meyakini ritual Tuba Ile dapat menenangkan gunung yang mulai murka.

Masyarakat adat Nawokote menjadikan Ile Bele yang adalah Ile Wae (gunung perempuan) dan Ile Lake (gunung laki-laki) sebagai nenek moyang yang memberikan mereka tempat tinggal untuk merawat kehidupan hingga saat ini.

"Lake dan Wae berarti laki-laki dan perempuan, pasangan suami istri. Sebut sendiri-sendiri tidak bisa, mereka satu kesatuan," ungkapnya. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News