10. INJIL (Mrk. 9:2-10)
P : Marilah kita bersama-sama mendengarkan Injil Yesus Kristus menurut Markus. Pemimpin dan semua yang hadir membuat tanda salib dengan ibu jari pada dahi, mulut, dan dada. Kemudian Pemimpin membacakan Injil. Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."
P : Demikianlah Injil Tuhan.
U : Terpujilah Kristus.
11. RENUNGAN KATOLIK
Peristiwa penampakkan kemuliaan Tuhan di Gunung Tabor yang barusan kita dengarkan tadi menunjukkan
kepada kita bahwa Tuhan rela meninggalkan kemuliaan-Nya dan bersedia berjalan bersama kita. Gunung Tabor banyak kali disebut dalam Perjanjian Lama. Salah satunya disebut dalam Kitab Hakimhakim yang menuliskan tentang perang orang Israel melawan Raja Kanaan. Raja Kanaan yang bernama Yabin, memiliki seorang panglima perang bernama Sisera, dengan sembilan ratus kereta besi. Hal ini membuat orang Israel takut. Namun, seorang nabi perempuan bernama Deborah meminta Barak untuk melawan Sisera. Mereka berkumpul di Tabor dan turun melawan Sisera. Sisera akhirnya kalah dan ia mati ditikam kepalanya oleh seorang perempuan (Hak. 4:1-24). Kisah ini hendak menunjukkan bahwa Tuhan itu sangat berkuasa. Ia agung dan perkasa. Maka, penampakkan kemuliaan Tuhan di Gunung Tabor mengingatkan para murid-Nya akan kebesaran Tuhan. Yang berbeda adalah Tuhan yang mulia itu hadir di tengah kita, berjuang bersama kita. Hanya orang yang dekat dengan-Nya dapat mengetahui kehadiran-Nya. Kadangkala kita merasa pesimis dan tidak berdaya, tetapi bersama Tuhan, tidak ada yang mustahil. Rasul Paulus berkata, “jika kita bersama Tuhan, siapakah yang dapat mengalahkan kita?”. Di masa Prapaskah ini, kita semua merasa tidak berdaya dan banyak orang merasa putus asa. Situasi kita mungkin sama seperti Abraham yang merasa tidak berdaya harus mengorbankan putra tunggalnya. Namun, jika kita tetap percaya pada Tuhan, kita akan menemukan banyak hal lain dan akan melewati ujian iman ini. Kita bisa menunjukkan kebersamaan kita untuk saling
peduli dan mendukung agar kita bisa menemukan keselamatan secara bersama. Kita diminta untuk tidak mencari jalan sendiri-sendiri tetapi bersatu dan saling menolong. Kita kalah ketika kita menyerah dan tidak mau lagi percaya pada Tuhan. Mungkin banyak orang menikmati kebebasan dari doa atau misa bersama
(terutama karena pelayanan di Gereja ditiadakan untuk sementara) dan perlahan-lahan menjauh dari
Tuhan di tengah wabah ini. Orang seperti ini adalah orang yang gagal mempertahankan dan menghidupi imannya. Kisah gunung Tabor mengajarkan kita bahwa Tuhan sungguh berjalan dan berjuang bersama
kita di dunia ini. Dia mengharapkan agar kita lulus dalam ujian iman ini dan menjadi saksi kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Mari kita saling mendukung satu sama lain agar iman kita kepada Tuhan tetap dan semakin teguh.
12. HENING SEJENAK
13. SYAHADAT
P : Marilah menanggapi Sabda Tuhan dan mengungkapkan iman kepercayaan kita kepada Tuhan dengan mengucapkan Syahadat. Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa…..
14. DOA UMAT
P : Tuhan selalu menyertai kita dan hadir dalam kehidupan kita. Dia membangun tenda-Nya di dalam hati kita. Marilah kita menyampaikan kepada-Nya doa-doa permohonan kita.
P : Bagi Gereja Kudus. Semoga kita sekalian, sebagai anggota Gereja kudus, terus-menerus memperbaiki diri dan memurnikan motivasi hidup agar tetap setia dalam tugas perutusan yang telah dipercayakan Kristus. Marilah kita mohon….
P : Bagi masyarakat. Kita memohon kepada Tuhan agar masyarakat semakin menghargai nilai-nilai ajaran agama di dalam hidup mereka, supayamenghindari sikap-sikap yang bertentangan dengan kerukunan dan kerja sama. Marilah kita mohon….
P : Bagi para korban bencana. Semoga mereka yang mengalami penderitaan karena berbagai bencana tidak merasakannya sebagai hukuman dari Allah, tetapi mampu mengambil makna sebagai tanda peringatan untuk lebih setia dalam iman dan berharap dalam perjuangan hidup dan penuh keyakinan akan kasih Allah. Marilah kita mohon….
P : Semoga kita semua yang hadir dalam perayaan ini memanfaatkan dengan baik masa puasa dan pantang ini untuk semakin mendekatkan hati dan budi kita kepada Tuhan, Penguasa kehidupan.
Marilah kita mohon….
P : Kita hening sejenak untuk menyerahkan doa dan permohonan pribadi kita masing-masing. [hening sejenak lalu lanjut].
P : Demikianlah ya Bapa, doa-doa permohonan yang kami sampaikan ke hadirat-Mu. Kabulkanlah demi jasa Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U : Amin
15. KOLEKTE
[Selanjutnya ada pengumpulan kolekte sebagai perwujudan cinta kepada Sang Sabda dan kepada sesama yang berkekurangan, diiringi lagu yang sesuai. Kolekte dikumpulkan lalu dihantar dan diletakkan di depan mimbar] diiringi lagu persembahan yang bernada Syukur Kepada Tuhan atau Ajakan Berbagi.
Baca juga: Teks Ibadah Sabda Hari Minggu Prapaskah II Minggu 25 Februari 2024
16. DOA PUJIAN
[Sesudah Kolekte, Pemimpin membawakan Doa Pujian sambil berdiri di depan umat, menghadap ke altar dan umat berdiri dan setiap kali mendaraskan aklamasi bersama.]
P : Saudara-saudari terkasih, Allah yang maharahim telah menganugerahkan masa Prapaskah ini sebagai masa suci untuk bertobat. Maka marilah kita berseru: Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
U : Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
P : Ya Allah, Engkau tidak hanya menciptakan kami, tetapi juga menjaga keselamatan kami. Ketika kami jatuh dalam dosa, Engkau mendekati kami dengan penuh kasih. Maka kami berseru:
U : Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
P : Engkau telah mengutus Yesus, Putra-Mu untuk menanggung dosa dunia. Dialah Gembala yang baik, yang selalu berusaha mencari domba yang sesat. Dia rela menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan kami. Maka kami berseru:
U : Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
P : Selama masa tobat ini Engkau mengajak kami meningkatkan ibadah serta amal kasih dan menjadi lebih rajin menyambut sakramen-sakramen, yang menyegarkan dan mempertebal iman. Maka kami berseru:
U : Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
P : Dengan demikian, ya Bapa, Engkau mengundang kami agar menggunakan Masa Prapaskah, masa persiapan ini, dengan keterbukaan dan kerelaan hati. Maka kami berseru:
U : Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
P : Maka ya Bapa, dengan gembira hati, bersama seluruh umat beriman, dalam kesatuan dengan Bapa Paus Fransiskus, Bapa Uskup kami [nama Uskup setempat] dan Pastor Paroki kami [nama pastor paroki setempat], kami melambungkan madah pujian bagiMu dengan berseru: [Umat menyanyikan Lagu Pujian yang sesuai, misalnya: “O Yesus, Putra Bapa“, PS 483] Menyusul RITUS KOMUNI. Dalam Ibadah Sabda terdapat dua kemungkinan, yaitu (1) menyambut komuni (lihat cara A), (2) tidak menyambut komuni, tetapi umat diajak menghayati komuni batin/rindu (lihat cara B).
17A. Cara A: DENGAN KOMUNI
Sesudah Doa Pujian, Pemimpin menuju ke altar untuk mempersiapkan komuni. Ia membentangkan kain korporale di atas altar dan kemudian mengambil Sakramen Mahakudus dari tabernakel dan diletakkan di atas kain korporale. Sesudah mempersiapkan segala yang perlu untuk Komuni Kudus, para pemandu/pengantar bersama para pelayan dan umat beriman berlutut menyembah dalam keheningan sesaat. Sesudah itu Pemimpin mengajak umat untuk menyanyikan lagu Bapa Kami sambil berdiri.
P : Saudara-saudari, meskipun kita tidak merayakan Ekaristi, pada perayaan ini kita memperoleh kesempatan menyambut Komuni Kudus, maka dalam persatuan dengan saudara-saudari separoki yang merayakan Ekaristi, marilah kita menyiapkan hati di hadirat Tuhan. [Hening sejenak]
18A. BAPA KAMI Berdiri