Renungan Katolik
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Semua kita memiliki tempat untuk tinggal dan di situlah kita berdiam selama kita hidup. Tempat untuk tinggal itu biasanya kita sebut itu rumah. Apapun bentuknya tempat untuk tinggal selalu membawa kenyamanan di dalamnya. Dan semua akan selalu pulang kepada rumah, tempat kita tinggal dan hidup. Tempat ternyaman dalam hidup adalah rumah, tempat di mana kita bisa merasakan seperti apa hidup itu.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Kembali lagi kita pada hari ini mendengar dan merenungkan firman Tuhan di pekan paskah ketiga. Kita mendengar kisah paling khusus, seorang penganiaya jemaat Tuhan kembali bertobat dalam peristiwa yang luar biasa. Allah menampakkan diriNya kepada Saulus dalam perjalanannya ke Damsyik. Kisah ini biasa disebut sebagai kisah pertobatan Paulus. Kisah itu bermula dari Saulus saat itu sedang berkobar-kobarnya menganiaya jemaat Kristen pada waktu itu dan untuk menangkap dan memasukan mereka ke dalam penjara. Dalam perjalanan ke Damsyik itulah, Saulus melihat langit bercahaya dan memancarkan cahaya mengelilingi dia dan terjatuh ke tanah dan terdengar suara dari langit: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Dan jawab Saulus: “Siapakah Engkau Tuhan?” Lalu suara itu pun membalasnya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu! Tetapi bangunlah dan pergilan ke dalam kota. Di sana akan dikatakan kepadamu apa yang harus kauperbuat.” Dan Saulus pun mengikuti saja suara itu dan seketika itu juga matanya menjadi buta sehingga dia harus dituntun.
Akhirnya dia dapat melihat sesudah tiga hari setelah berjumpa dengan murid Tuhan Ananias dan atas amanat Tuhan, Ananias menjumpai Saulus dan menyembuhkan matanya sehingga Saulus pun dapat melihat lalu dibaptis dan mengubah namanya menjadi Paulus. Di Damsyik itu pada awalnya dia hendak menganiaya berubah menjadi seorang pewarta firman Tuhan. Saulus berubah penjadi Paulus, dari seorang penganiaya menjadi seorang pewarta Firman. Itu dapat terjadi karena Tuhan berkenan hadir menampakkan diriNya kepada Saulus.
Dan setelah dia dibaptis, Roh Kudus menyertai Saulus yang telah menjadi Paulus itu siap mewartakan firman Tuhan. Menjadi satu dengan Yesus dalam Roh Kudus membuat dia mendapat kasih karunia Tuhan secara khusus atas pilihan Tuhan sendiri. Kita pun pasti dipilih Tuhan untuk menjadi pewarta Firman dan itu bisa terjadi kalau kita bersatu denganNya dan tinggal di dalamNya. Bagi Yesus, tinggal di dalamNya itu berarti harus makan daging dan minum darahNya. Pertanyaan kita adalah mengapa Yesus menyampaikan bahwa harus makan daging dan minum darahNya supaya mempunyai hidup kekal? Ungkapan Yesus ini perlu dimengerti dalam konteks bersatu secara nyata dan mendalam serta mendarah daging, bersatu secara utuh dengan Tuhan sendiri.
Makan dan minum itu punya pengertian bahwa setelah makan dan minum, makanan dan minuman itu bersatu secara utuh dengan orang yang memakan serta meminum itu. Kebersatuan itulah yang mengikat kita dengan Tuhan. Tuhan ada di dalam kita dan kita tinggal di dalamNya. Tuhan menjadikan dirinya makanan untuk kita santap dan menjadi tempat tinggal kita sendiri. Dasar kepercayaan inilah yang membawa kita kepada persatuan sejati dengan Tuhan. Dan itu terbukti dalam perayaan ekaristi.
Di dalam sakramen ekaristi itulah kita menjadi bersatu dengan Tuhan karena kita makan daging dan minum darahNya yang telah dipersembahkan pada altarNya sendiri. Konsep Yesus ini sudah terbukti dalam perayaan ekaristi itu namun kita masih saja sulit untuk mengikutiNya dengan menghadiri perayaan ekaristi setiap minggu dengan kerinduan yang besar untuk menerimaNya. Hanya itu saja pun kita masih merasa sulit atau bahkan enggan untuk mengikuti perayaan ekaristi kudus itu dengan begitu banyak alasan yang kita sampaikan yang pada dasarnya hanya sebuah akal-akalan saja. Semoga kita belajar untuk semakin konsisten dengan pilihan kita menjadi seorang pengikut Kristus sehingga kita harus selalu tinggal di dalamNya.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: menjadi pengikut Tuhan berarti juga harus bisa tinggal di dalamnya. Kedua, tinggal di dalamNya berarti kita hidup dari padaNya. Dan hidup dari padaNya dengan cara makan dan minum Tubuh dan DarahNya. Ketiga, Makan dan minum dari tubuh dan darahNya berarti kita menjadi satu daging dalam ikatan cinta Roh Kudus yang telah memetaraikan kita sebagai anak-anakNya. Marilah kita senantiasa tinggal di dalamNya agar kita semakin mampu hidup dari kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita secara khusus dalam perayaan ekaristi sebagai bentuk paling nyata.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News