Renungan Katolik
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Orang yang hati penuh ketegaran akan gampang sekali jatuh pada keras kepala atau tertutup hatinya dan tak mendengarkan orang lain karena manusia selalu mau menang sendiri karena egosime yang tak dapat dihindarkan. Lalu manusia menjadi sombong dan menjadi tegar hatinya. Itulah dosa asala manusia yakni menjadi sombong dan tegar tengkuk dan melawan Allah.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Di hari kelima ini kita masih mendengarkan kisah pengajaran dari Rasul Yakobus yang mengajarkan kejujuran dan keteladanan hidup yang telah ditunjukkan oleh para nabi supaya hidup menjadi lebih benar di hadapan Tuhan sang Hakim yang adil itu: “turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Dan dilanjutkan lagi dengan ungkapan yang baik adalah “Jika ya, hendaklah kalian katakan ya. Jika tidak, hendaklah kalian katakan tidak, agar kalian tidak terkena hukuman.” Yakobus memperingatkan kita untuk tidak tidak serta merta ikut keinginan hati kita semata tetapi selalu belajar dari para nabi agar kita belajar untuk berkata benar dan jujur dalam hidup dan karya kita. Kejujuran dan kesetiaan itu digambarkan oleh Yesus dalam injil dengan mengambil contoh tentang kesetiaan pasangan suami istri.
Orang Farisi datang kepada Yesus untuk mencobaiNya dengan pertanyaan ini: “Bolehkah seorang suami menceraikan istrinya?” Pendasaran dari orang Farisi itu adalah Musa ketika Yesus bertanya kepada mereka: “Apa perintah Musa kepada kamu?” Dan jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Jawaban orang Farisi ini mau menunjukkan kepada kita bahwa mereka secara sepihak menerjemahkan yang dibuat oleh Musa pada jaman dulu untuk membenarkan apa yang telah mereka lakukan selama ini. Lalu Yesus menjawab mereka: “Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah ini untukmu.” Ini pendasaran utama, mengapa Musa pada waktu itu mengeluarkan perintah itu kepada bangsa Israel pada saat itu. Yang dibuat oleh bangsa Israel pada saat itu adalah karena praktek hidup mereka saat itu sesuka hati mereka dengan hidup bersama tanpa ada ikatan alkitabiah sehingga Musa keluarkan surat cerai itu agar menghindari perzinahan di antara bangsa Israel.
Inilah alasan utama Musa untuk keluarka surat cerai itu. Bangsa Israel pada waktu itu telah hidup zinah di hadapan Allah, mereka telah tegar tengkuk dan melawan perintah Allah. Maka Yesus memberi pengajaran yang benar: “Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan istrinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan oleh Allah janganlah diceraikan manusia.” Perdebatan Yesus dan orang Farisi itu juga nyata dalam hidup kekristenan kita saat ini.
Masih ada begitu banyak masalah yang dihadapi oleh keluarga-keluarga katolik saat ini dan salah satu yang paling rumit dan menjadi perbincangan hangat adalah perzinahan dalam hidup berumah tangga. Pemicu utamanya adalah egoisme dari masing-masing pasangan itu, baik istri maupun suami. Ketidakjujuran dari masing-pasangan yang tidak setia satu sama lain. Banyak istri yang menjadi korban kekerasan dari suami mereka dan masih begitu banyak masala yang bisa menjadi pemicu perzinahan yang terjadi yang sekarang lebih dikenal dengan selingkuh. Maka marilah kita belajar untuk semakin setia pada komitmen kita masing-masing agar kita tidak jatuh dalam dosa.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: semua kita telah menjadi pengikut Yesus yang dibaptis dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Kedua, untuk itu, kita harus menjalani hidup dengan benar di hadapan Tuhan. Ketiga, dan contoh paling nyata bagi kita semua adalah dengan hidup setia pada panggilan hidup kita masing-masing agar kita tidak jatuh dalam egoisme diri kita masing-masing yang membawa kita pada kejatuhan pada dosa.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News