Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita."
Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Sebuah kesalahan bukannya diperbaiki, malah menambahnya dengan kesalahan yang lain. Sikap seperti inilah yang menjadi cikal-bakal munculnya kebebalan hati. Kita merasa diri benar, sedangkan orang lain salah.
Perkataan dan sikap orang lain tidak dipedulikan sehingga makin hari, kita merasa "yang paling": paling benar, paling bisa diandalkan, paling jujur, paling suci, dan lainnya. Itulah yang terjadi dengan "para pembenci" Yesus. Apa pun yang dilakukan Yesus, tidak ada yang benar di mata mereka.
Maka, perumpamaan tentang petani-petani kebun anggur ini hendak menggambarkan begitu bebal hati mereka. Bahkan, saking bebalnya, mereka bersikap membabi buta.
Tidak ada hati dalam bersikap. Semua yang mereka anggap keliru, yang berseberanngan dengan mereka, harus dihabisi. Maka, kehadiran Yesus pun tidak dipedulikan lagi.
Mereka tidak bisa melihat kebaikan orang lain dan tidak bisa melihat rahmat Tuhan. Semua tertutup dan gelap. Akhirnya, hanya kebencianlah yang menguasai hati mereka. Yesus pun mereka tolak.
Bagaimana dengan hidup kita sekarang? Apakah pada saat semua serba sulit dan berat, kita juga "menolak" Yesus?
Tuhan, bersihkanlah hati kami dari amarah, benci, dan dendam agar kami mampu menemukan rahmat-Mu. Amin.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News