Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024, Tersungkur di Depan Kaki-Nya

Penulis: Gordy
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Br. Pio Hayon, SVD. Mari simak Renungan Harian Katolik Minggu 30 Juni 2024.Tema Renungan Harian Katolik yaitu Tersungkur di Depan Kaki-Nya.

Renungan Katolik

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Tersungkur adalah juga salah satu bentuk orang mengungkapkan perasaan atau gejolak hati dan jiwa mereka sekaligus menyatakan kerendahan hati kepada Tuhan. Jatuh dan tersungkur juga adalah bagian dari usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan dalam kelemahan dan keterbatasan kemanusiaan kita. Maka pola sikap ini harus juga tertanam dalam diri kita untuk selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan. Karena kita tak akan bisa berdiri di hadapanNya dalam keadaan dosa.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini kita memasuki hari minggu biasa pekan XIII dalam liturgi gereja. Kita kembali diteguhkan dengan kitab kebijaksanaan, surat rasul Paulus dan dalam Injil Markus. Dalam Kitab Kebijaksanaan, kita disadarkan kembali bahwa semua yang dilakukan Allah adalah rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Seluruh rencana keselamatan Allah itu digambarkan juga melalui seluruh kisah penciptaan yang menjadi awal kisah ziarah manusia di atas muka bumi: “Allah tidak menciptakan maut dan Ia pun tidak bergembira karena mahkluk yang hidup musnah binasa. Sebaliknya Ia menciptakan segala sesuatu supaya ada, dan supaya makluk-makluk jagat menemukan keselamatan.” Bagi Tuhan, semua telah diciptakan dengan baik dan penuh agar cara itu manusia bisa mencapai keselamatan. Namun masih saja ada hal yang mengganggu adalah maut yang adalah hasil dari kuasa setan: “Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan dan menjadikanNya gambar hakekatNya sendiri. Tetapi karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia.” Bagi Allah, tujuan penciptaanNya jelas yaitu agar manusia bisa mencapai keselamatan. Namun berbarengan dengan itu, masih ada penghalang utama yaitu setan yang mau merusakan citra manusia itu dan mengahalangi manusia untuk mencapai keselamatan.

Maka ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia sudah kehilangan citranya dan mautlah upahnya. Kitab kebijaksanaan ini mengajarkan kita untuk selalu hidup sesuai citra kita sebagai gambar atau secitra dengan Allah. Dan untuk menghindari dosa, St. Paulus mengajarkan kita: “hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih sebagaimana kamu kaya dalam segala sesuatu: dalam iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu dan dalam kasih terhadap semua orang.” Hanya dengan cara inilah kita akan mencapai keselamatan. Pelayanan kasih itulah yang ditunjukkan Yesus kepada kita dalam bacaan injil hari ini. Hal ini dikisahkan dalam kisah Yesus yang sedang berada di tepi danau itu didatangi oleh seorang kepala rumah ibadat bernama Yairus. Apa yang dibuat oleh Yairus pada saat itu: “Ketika melihat Yesus, tersungkurlah Yairus di depan kakiNya. Dengan sangat ia memohon kepadaNya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Kisah Yairus ini memberikan pengajaran kepada kita dengan satu pola yang benar dihadapan Tuhan.

Jatuh dan tersujngkur itu tanda kerendahan hati di hadapan Tuhan apalagi di depan kakiNya. Itu artinya, Tuhan selalu digambarkan sebagai yang besar dan kuasa yang harus dipuji dan disembah. Dan Yairus paham betul soal ini dan juga sudah mengenal siapa Yesus itu sebenarnya. Maka tindakan Yairus itu mendatangkan keselamatan bagi puterinya. Di lain pihak, biasanya anak laki-laki yang akan lebih diperhatikan dari pada anak perempuan, tapi tindakan Yairus ini beda karena dia tidak bedakan dengan anak perempuan dan laki-laki. Yang paling penting bagi dia adalah anaknya bisa selamat. Dan terjadilah ketika dalam perjalanan ke rumah Yaiurus ada yang datang menyampaikan anaknya sudah meninggal dan Yesus meneguhkanNya: “Jangan takut, percaya saja!” Dan Yesuspun membangkitkan anak Yaiurus. Pengalaman yang sama dialami juga oleh perempuan yang sakit pendarahan itu. Dia pun dengan pola yang sama yaitu, tersunggkur di kaki Yesus sebagai tanda akan imannya kepada Yesus. Kita pun harus belajar untuk “tersunggkur” di kaki Yesus tanda kerendahan hati di hadapan Allah dan bukan tunjuk kesombongan kita.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: Tuhanlah yang memanggil kita menjadi murid-muridNya dan menyatakan diriNya sebagai Tuhan bagi kita. Kedua, maka ketika datang kepadaNya, kita pun harus mampu menyatakan diri kita kepada Tuhan dengan sikap hormat yang benar yaitu merendahkan diri kita di hadapanNya. Ketiga, sikap hormat kita juga selalu dilandasi dengan iman yang kuat maka kita pun akan diselamatkan Tuhan.


Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News