Renungan Katolik
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Setiap orang akan mengalami banyak pergumulan dalam hidup berhubungan dengan situasi atau masalah yang dihadapi. Setiap pergulatan itu akan menghasilkan juga pengalaman yang akan membentuk satu sikap tertentu dan bahkan bisa membentuk satu pola hidup yang baru. Maka setiap sikap yang muncul sebagai reaksi atas situasi atau masalah yang muncul adalah bagian dari setiap pergulatan hati kita berhadapan dengan setiap situasi atau masalah yang dihadapi.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Di hari pertama pekan ke XIV dalam masa biasa ini kita kembali disuguhkan lagi dengan kisah bangsa Israel dalam kitab nabi Hosea. Dalam konteks nabi Hosea ini, bangsa Israel dibaratkan seperti seorang isteri yang dipersuntingkan oleh Allah untuk menjadi bangsa yang dicintai oleh Allah karena menjadi bangsa pilihan Allah. Kedekatan Allah dengan bangsa Israel itu digambarkan sedemikian realistik seperti seorang gadis yang hendak diperisteri : “Maka pada waktu itu demikian firman Tuhan, engkau akan memanggil Aku ‘Suamiku’ dan tidak memanggil Aku ‘Baalku’. Hosea menggambarkan relasi Allah dan bangsa Israel itu seperti relasi suami isteri sebagai tanda kedekatan itu.
Hal ini mau menunjukkan kepada kita bahwa Allah sangat mengasihi bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah itu. Kesetiaan Allah kepada bangsa Israel sebagai isteriNya untuk menunjukkan kesetiaan dan kasih sayang Allah bagi bangsa Israel: “Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam kesetiaan sehingga engkau akan mengenal Tuhan.” Kesetiaan dan kasih sayang Allah itu juga ditunjukkan Yesus dalam Injil yang kita renungkan hari ini. Kisah injil hari ini juga sudah kita renungkan dalam pekan sebelumnya. Hari ini kita akan merenungkan tentang keteguhan hati dari kepala rumah ibadat dan seorang perempuan yang sakit pendarahan itu.
Kepala rumah ibadat itu datang kepada Yesus dan memberitahukan bahwa anaknya sudah meninggal dan hanya meminta Yesus datang hanya untuk meletakan tanganNya atas anak itu dan anaknya akan sembuh. Keyakinan kepala rumah ibadat itu akan Yesus membuat dia tetap punya pengharapan yang besar akan anaknya yang sudah meninggal itu. Keyakinan itu pun menjadi kenyataan ketika Yesus datang ke rumahnya dan menyelamatkan anaknya itu. Keyakinan yang sama juga dimiliki oleh seorang perempuan yang sakit pendarahan itu: “Asalkan kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh”. Keteguhan iman perempuan itu dikuatkan langsung oleh Yesus setelah Yesus tahu dialah perempuan yang telah menyentuh jubahNya itu. Dan perempuan itu pun menjadi sembuh.
Contoh nyata dari kedua tokoh hari ini memberi kita gambaran yang pasti bahwa Allah itu memberikan apa yang kita butuhkan dan kita dituntut untuk satu hal yang penting sebagai tuntutan utama yaitu memiliki keteguhan iman dalam diri kita sebagai tanda kebergantungan kita pada Allah sekaligus juga tanda kerendahan hati kita di hadapan Allah. Maka pada kesempatan ini marilah kita belajar untuk terus menjaga keteguhan iman kita akan Allah dalam situasi apapun itu terlebih pada saat kita jatuh dalam dosa atau kesukaran atau pun kedukaan karena kita masih memiliki Tuhan yang akan membantu kita keluar dari situasi batas yang kita alami.
Karena masih banyak di antara kita yang masih saja meninggalkan Tuhan ketika mengalami situasi batas yang telah melampaui kemampuan kita sendiri dan kita mengambil jarak dengan Tuhan atau bahkan menolak Tuhan. Kita lalu kehilangan iman kita sendiri dan mempersalahkan Tuhan yang tak mau membantu kita dalam mengatasi situasi atau masalah hidup kita. Kita masih saja cenderung untuk melarikan diri di hadapan Tuhan dan lebih suka mencari yang lain dan bukan Tuhan. Untuk itu marilah kita semakin hari semakin belajar untuk tetap berpegang teguh akan iman kita kepada Allah. Karena setiap perjumpaan dengan Yesus itulah yang akan membawa kita pada keselamatan.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: semua kita adalah murid Tuhan yang sangat dikasihi oleh Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus PuteraNya. Kedua, setiap perjumpaan kita dengan Tuhan dalam setiap situasi batas kita akan menjadi tanda kasih Allah bagi kita karena Allah hadir akan tetap hadir dalam setiap situasi hidup kita. Ketiga, maka keteguhan iman kita akan Allah itulah yang tetap menjadi tuntutan utama sebagai jalan utama perjumpaan yang mendatangkan keselamatan dari setiap situasi dan masalah yang kita hadapi.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News