Berita Ende

Belum Ada Dokter Spesialis Cuci Darah, Mesin Hemodialisa di RSUD Ende Mubazir Sejak 2018

Penulis: Albert Aquinaldo
Editor: Hilarius Ninu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DIREKTUR - Direktur RSUD Ende, dr Ester Jelita Puspita diwawancarai usai RDP di ruang komisi 3 DPRD Kabupaten Ende, Senin, 8 Juli 2024 siang.

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE - RSUD Ende hingga saat ini belum memfungsikan alat cuci darah atau mesin hemodialisa sejak tahun 2019 karena ketiadaan SDM yang mengantongi sertifikat hemodialisa.

Kondisi ini kembali dipertanyakan Komisi 3 DPRD Kabupaten Ende saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama manajemen RSUD Ende dan beberapa OPD lainnya, Senin, 8 Juli 2024 di ruang rapat Komisi 3 Kantor DPRD Kabupaten Ende.

Direktur RSUD Ende, dr Ester Jelita Puspita menjelaskan, kendala yang dihadapi pihak rumah sakit sehingga belum bisa memfungsikan mesin hemodialisa yakni karena pihaknya belum mempunyai dokter spesialis penyakit dalam yang mengantongi kualifikasi tambahan untuk cuci darah dan harus mengikuti fellowship minimal selama 6 bulan.

"Dokter kami sudah kami kirim untuk pelatihan hanya belum sampai pada tahapan pelatihan baru proses tes dalam proses tes itu akan diseleksi apabila memenuhi persyaratan bisa ikut fellowship, karena periode kali ini dokter kami belum berhasil untuk mengikuti fellowship jadi untuk dokter kami rencanakan ikut lagi tahun depan,"jelas dr Ester Jelita Puspita usai RDP di ruang komisi 3 DPRD Kabupaten Ende, Senin, 8 Juli 2024 siang.

 

 

Baca juga: Gedung Laboratorium Lingkungan Pemkab Ende Rusak, PAD Menurun

 

 

 

Keberadaan mesin mesin hemodialisa atau alat cuci darah di RSUD Ende, kata dr Ester sejak tahun 2018.

Menanggapi hal itu, Yani Kota, anggota komisi 3 DPRD Kabupaten Ende mengatakan kondisi ini merupakan kisah lama sejak dirinya berada di komisi 3 di DPRD Ende.

"Kenapa alat ini belum bisa dimanfaatkan karena SDM nya yang tidak ada jadi yang sebenarnya membangun suatu persoalan itukan tidak pernah dilihat SDM nya baru infrastrukturnya jadi yang dibenahi itu SDM nya itu, ini terbalik, apakah hanya karena di rumah sakit itu dibangun gedung-gedung menjadi tempat hantu, dibangun dan tidak bisa dimanfaatkan karena pada saat membangun ruang cuci darah itu ada bangunan fisik dan ada alatnya sedangkan kita tidak pernah membangun SDM nya," ujar Yani Kota.

Dia dia juga mempertanyakan apakah mesin hemodialisa masih layak dipakai atau tidak karena menurut dia alat ini sudah dibiarkan selama tiga tahun lebih tidak difungsikan.

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News