TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Peringatan Santu-Santa Pelindung Rabu 7 Agustus 2024.
Santo Sixtus II, Paus dan Martir.
Sixtus II, dipilih menjadi Paus menggantikan Paus Santo Stefanus pada tanggal 30 Agustus 257.
Setahun kemudian pada tanggal 6 Agustus 258, ketika sedang mengadakan ibadat di makam para martir Preatextatus, ia ditangkap dan langsung dipenggal kepalanya di tempat itu juga.
Bersama dengan dia, dibunuh juga diakon Santo Felisisimus dan Santo Agapitus. Beberapa hari kemudian Santo Laurensius mengalami hal yang sama.
Baca juga: Kalender Liturgi Katolik Rabu 7 Agustus 2024, Hari Biasa Pekan XVIII
Pembunuhan dilakukan sehubungan dengan penolakan Paus Sixtus dan rekan-rekannya itu terhadap hukum yang dikeluarkan oleh Kaisar Valerianus. Tak ada cerita yang diketahui perihal asal usul dan kisah hidup Sixtus, kecuali bahwa selama masa kePausannya pertentangan dengan Gereja-gereja Afrika dan Asia Kecil perihal permandian kembali orang-orang heretik terus berlanjut. Sixtus berpendirian bahwa orang-orang heretik itu tidak perlu dipermandikan ulang; sedangkan para pemimpin Gereja-gereja Afrika dan Asia Kecil mengharuskan permandian ulang orang-orang heretik ini.
Santa Afra, Martir
Afra menjalani kehidupannya di Augsburg, Jerman Barat sekitar tahun 300. Ia dikenal sebagai seorang bekas pelacur yang bertobat dan menjadi wanita Kristen yang giat dan penuh semangat dalam penghayatan iman Kristen. Bagi kita, Afra memberikan suatu teladan tobat yang luar biasa dan kepercayaan penuh akan kerahiman Tuhan.
Keinsyafannya akan keberdosaan dirinya hingga ia bertobat didorong oleh kesaksian saudara-saudaranya seiman sewaktu dianiaya karena imannya. Semua harta miliknya yang diperoleh dengan cara aib itu dibagi-bagikannya kepada orang-orang miskin dengan penuh ketulusan. Kecuali itu ia bahkan menjadi seorang wanita Kristen yang giat dalam menghayati imannya.
Kegiatan-kegiatannya menyebabkan dia kemudian ditangkap dan dipaksa mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa-dewa kafir. Kepada hakim yang memaksanya untuk membawakan kurban itu, Afra dengan tegas berkata: "Hidup masa laluku memang tidaklah baik menurut iman Kristiani, namun sekarang aku mau menjalani hidupku sebagai seorang Kristen sejati. Aku berani mencuci dosa-dosaku dengan daraku sendiri". Hakim itu coba membujuknya dengan berdalih bahwa ia sendiri seorang Kristen yang berusaha membantu menyelamatkannya dari bahaya pembunuhan. "Bagaimana engkau tahu bahwa engkau sudah diterima dan diampuni oleh Tuhanmu?", tanya hakim itu. Kata Afra: "Aku tahu karena aku sekarang diperkenankan memberikan kesaksian atas imanku di hadapan orang banyak."
Keberanian menentang hakim mengakibatkan dia dihukum mati. Ia diikat dan dibawa ke sebuah pulau kecil di tengah Sungai Lech, dan disana ia dibakar hidup-hidup oleh para algojo. Sementara api menjilat tubuhnya yang suci itu, ia berdoa dengan nyaring: "Tuhan Yesus, terimalah tapa sengsaraku ini dan selamatkanlah aku demi api ini dari api sengsara yang kekal." Afra meninggal pada tahun 340. Ibunya bersama tiga orang pelayannya memungut sisa-sisa tulangnya dan memakamkannya dengan penuh hormat. Karena hal ini kemudian diketahui oleh para penguasa, ibunya dan tiga orang pelayan itu ditangkap dan dibunuh juga.
Santo Kayetanus, Pengaku Iman
Orang Kudus ini sungguh dikenal luas karena jasa-jasanya untuk Gereja Kristus dalam tugasnya sebagai uskup di Tiene, Italia. Hingga sekarang, namanya terus harum di kalangan umat Kristen Italia.
Kayetanus lahir di Vicenza, dekat Venesia pada tahun 1480. Pada umur 24 tahun, ia mendapat gelar Doktor dalam ilmu hukum. Ia bekerja di Roma untuk beberapa tahun, kemudian diangkat sebagai Senator di kota kelahirannya.
Ketika menginjak usia 36 tahun pada tahun 1516, Kayetanus ditabhiskan menjadi imam. Sejak saat itu, ia bertekad mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan sesamanya. Ia mengarahkan perhatiannya kapada orang-orang miskin dan sakit serta yang sudah lama menjauhkan diri dari Gereja. Didukung oleh doa-doanya, Kayetanus melaksanakan tugas pengabdiannya dengan penuh semangat. Bersama dengan Carafa, yang kemudian menjadi Paus Paulus V (1605-1621), Kayetanus berjuang memperbaiki tertib hidup Gereja. Untuk mencapai apa yang diinginkan, Kayetanus bersama Carafa memberi kesaksian hidup yang baik untuk mempengaruhi orang lain ke jalan yang baik. Ia menjadi anggota perkumpulan "Oratorium Kasih Ilahi" yang mengabdikan diri dalam karya-karya amal kasih. Anggota perkumpulan ini berasal dari golongan masyarakat bawah yang mempunyai semangat juang yang tinggi.
Keluarganya yang bangsawan itu merasa dihina oleh anaknya sendiri karena hubungannya dengan orang-orang sederhana itu. Tetapi hal itu tidak dipedulikannya karena semangatnya untuk mengabdi sesama. Ia bahkan semakin aktif dalam berbagai kegiatan amal. Ia mendirikan rumah-rumah sakit dan lembaga-lembaga amal lain yang bermaksud menolong banyak orang lain terutama yang miskin. Jasanya yang paling menonjol ialah bahwa ia melancarkan tindakan-tindakan praktis untuk memperbaiki taraf hidup rohani dan keilmuan para imam sekulir. Bersama dengan sahabatnya Carafa yang telah menjadi Uskup Teatum, Kayetanus mendirikan Tarekat Imam-imam Regulir, yang dikenal dengan nama Tarekat Teatin. Anggota-anggota tarekat ini menjalani hidupnya seperti imam-imam Praja untuk membuktikan bahwa kesucian imamat dapat dicapai di luar kehidupan membiara. Penghayatan kemiskinan sungguh luar biasa. Mereka tidak diperkenankan meminta derma atau barang kebutuhan lainnya dari orang lain. Kepercayaan mereka ini sering dibalas Tuhan dengan tanda-tanda mukzijat luar biasa. Salah satu mukzijat yang biasa terjadi adalah mukzijat tersedianya makanan di depan pintu rumah mereka apabila mereka kehabisan makanan pada hari itu.