Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Robert Ropo
TRIBUNFLORES.COM, RUTENG-Tidak adanya jembatan permanen di sungai Wae Kuse yang menghubungkan ruas jalan lintas selatan Borong-Iteng, tepatnya di Desa Laci, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, membuat pengendara sepeda motor harus membayar Rp 5000 untuk melintas di jembatan darurat.
Pantauan TRIBUNFLORES.COM, Senin 1 September 2024, terlihat jembatan darurat itu dibangun menggunakan batangan kayu dengan lebar sekitar 1 meter saja. Tiang dari jembatan itu juga terlihat terbuat dari kayu-kayu kecil dengan tinggi dari 1 meter hingga sampai 2 meter.
Sementara badan jalan sudah rusak berat. Kendaraan yang bisa melintas di sungai kering itu hanya jenis mobil derek. Sementara kendaraan mobil biasa dan sepeda motor tak bisa melintas.
Setiap pengendara hendak memanfaatkan jembatan itu wajib membayar Rp 5.000. Wartawan Pos Kupang.com/Tribunflores.com juga ikut membayar biaya melintasi jembatan itu.
'Petugas' penjaga retribusi itu adalah sekelompok anak kecil. Sebelum melintas, mereka menutup jembatan itu dengan palang kayu, jika sudah membayar baru palang kayu itu dibuka.
Baca juga: Apolonaris Davianus Dilantik Jadi Anggota DPRD Manggarai Timur Bertepatan dengan HUT Ke-27
Jarak jalur selatan wilayah Kabupaten Manggarai menuju Manggarai Timur itu sekitar 25 kilometer. Badan jalan rata-rata beraspal dan dalam kondisi baik meskipun ada sejumlah titik terlihat pecah-pecah dan sudah terkelupas aspal.
Ruas jalan itu juga melewati sejumlah sungai terlihat ada sekitar 6 sungai besar, belum termasuk sungai-sungai kecil yang kering. Terlihat ada tiga sungai yang sudah di bangun jembatan. Sedangkan tiga sungai lain belum di bangun jembatan termasuk sungai Kuse.
Jimmi Barus, salah satu pengguna jalan, sering melintas di ruas jalan itu dan setiap kali melintas ia wajib membayar Rp 5.000.
"Saya ini biasanya dalam satu minggu itu 2 kali pergi pulang Iteng Borong, jadi saya habiskan 20 ribu rupiah setiap minggu," Ujarnya.
Jimmi mengaku terpaksa memanfaatkan jembatan kayu itu karena badan jalan di sungai Kuse itu rusak berat, tidak bisa dilintasi sepeda motor.
Anto Kanos, pengguna jalan lainnya juga mengakui hal yang sama. Ia mengatakan, ruas jalan itu sangat strategis karena menjadi akses penghubung bagi warga di beberapa desa seperti Desa Laci, Koak dan beberapa desa lain di wilayah Kecamatan Satar Mese.
Ruas jalan itu juga menghubungkan lintas selatan wilayah Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur.
"Jadi kalau orang mau ke Borong, Manggarai Timur lebih singkat ikut jalur jalan ini," ujarnya.
Baca juga: Dukung KTT Indonesia-Afrika 2024, Menkumham Supratman Tinjau Kounter Imigrasi di Bandara Ngurah Rai
Anto juga mengatakan, kondisi sungai tanpa jembatan itu sangat sulit dilintasi. Akan terjadi banjir saat musim hujan atau saat gelombang air laut pasang naik. Oleh karena itu, warga dan pengguna jalan berharap agar pemerintah bisa memperbaiki ruas jalan tersebut.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Lambertus Paput mengatakan Pemkab Manggarai tidak menutup mata untuk pembangunan infrastruktur jalan maupun jembatan, namun kondisi keuangan daerah terbatas sehingga pembangunan akan dilakukan secara bertahap.
"Sudah dalam perencanaan pembangunan untuk jembatan sungai Wae Kuse itu, bukan hanya itu saja, termasuk sungai lain yang belum ada jembatan yang menghubungkan ruas jalan itu. Juga jalan lintas selatan menuju ke arah Manggarai Barat," ujarnya.
Lambertus juga menerangkan ruas jalan Iteng-Wae Care melawati sekitar 7 anakan sungai. Dari tujuh anakan sungai ini, tiga sungai sudah dibangun jembatan yang bagus oleh Pemda Manggarai, tinggal beberapa sungai yang belum termasuk sungai Wae Kuse.
Lambertus meminta kepada seluruh masyarakat pengguna jalan agar bersabar. Pemkab Manggarai tidak akan tetap membangun jembatan itu, namun pembangunan akan dilaksanakan secara bertahap sesuai perencanaan yang sudah ada, sebab anggaran terbatas.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News