Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada Renungan Harian Minggu 15 September 2024. Dalam Bacaan Injil Markus 8:27-35 hari ini mengisahkan tentang Engkau adalah Mesias... Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan.
Lidah seorang murid
Yesaya 50:4-6 memaparkan identitas Sang Hamba. Demi melaksanakan panggilan-Nya, Ia menundukkan diri menjadi murid Tuhan. “Lidah” dapat berarti “bahasa”, atau dapat pula berarti “kemampuan berbicara” (ayat 4).
Dikaruniai “lidah seorang murid” berarti “diajar untuk mengatakan apa yang didengar dari Tuhan”. Dengan demikian dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.
Namun maknanya ternyata lebih dalam lagi. Kata-kata Sang Hamba juga harus menegaskan dan menggarisbawahi kata-kata Tuhan yang mengampuni dan menyelamatkan. Itu yang Tuhan harapkan dari Hamba-Nya.
Sebab itu setiap pagi Tuhan membukakan dan menajamkan pendengaran-Nya. Segenap kehidupan Sang Hamba harus diserahkan untuk meneruskan firman Tuhan yang Ia dengar. Berserah berarti juga tetap taat dan setia meski orang lain menolak pemberitaan-Nya (ayat 6). Syukur kepada Tuhan, Tuhan sendiri akan menjadi pembela Sang Hamba (ayat 7-9).
Kalau Sang Hamba saja memiliki gambaran demikian apalagi kita. Jangan biarkan “lidah” kita menjadi “lidah yang tak bertulang”, yang tidak bisa kita kontrol. Sebaliknya berusahalah dengan segenap daya menjadikan lidah kita sebagai “lidah seorang murid”.
Artinya lidah seorang yang sudah diajar, yaitu yang dikendalikan sehingga bermanfaat. Banyak pelayan Tuhan yang kegunaannya menjadi sangat berkurang karena lidah yang tidak dikekang. Entah karena kata-kata yang sembarangan atau kuasa rohani yang bocor melalui percakapan yang sembrono (Pkh. 5:2).
Mungkin juga karena kata-kata digunakan bukan untuk memberitakan kebenaran melainkan untuk menyenangkan pendengaran orang lain. Maka yang ada hanyalah penyesatan, yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan (Mat. 12:36-37).