Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’ Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
Zaman telah banyak berubah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menawarkan banyak kemudahan. Kecanggihan alat komunikasi dan banyaknya
pilihan media sosial membuat batas tidak lagi menjadi masalah. Dengan satu
tombol saja, manusia dapat terhubung dengan manusia lain yang berada jauh,
bahkan di ujung dunia.
Yang jauh menjadi dekat, yang sulit menjadi mudah, yang lama menjadi cepat. Namun, terkadang juga berlaku sebaliknya. Teknologi dapat menjauhkan yang dekat, dan mengakibatkan yang mudah menjadi sukar. Mental instan pun merajalela. Proses tidak lagi dianggap penting dalam hidup dan pembentukan karakter. Sejarah dilupakan. Manusia menjadi linglung dan kehilangan akar.
Yesus dalam perikop Injil Lukas hari ini (Lukas 7: 31-35), kecewa dengan orangorang Yahudi pada masa itu yang melihat semua karyaNya, mendengar perkataanNya tetapi mata hati mereka buta dan keras sehingga tidak menerima kehadiranNya. Karena sikap mereka demikian maka Yesus mengatakan bahwa mereka itu seumpama: anak-anak yang duduk di pasar dan saling menyeruhkan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.
Anak-anak yang duduk di pasar adalah simbol orang-orang Yahudi yang tidak mengerti dan memahami
kehadiran Yohanes dan Yesus. Belum ada kematangan rohani di dalam diri
mereka. Padahal Yohanes Pembaptis dan Yesus berada di tengah-tengah mereka
sebagai tanda keselamatan bagi umat Israel. Hidup Yohanes dengan askesisnya
berkaitan dengan kidung duka, hidup Yesus dengan saat kebersamaan untuk
makan dan minum menandakan sukacita laksana tarian selama perkawinan. Orang-orang Yahudi sendiri sama dengan anak-anak yang duduk di pasar yang saling menyeruhkan bahwa Yohanes seperti orang gila sedangkan Yesus itu pelahap.
Perumpamaan yang disampaikan Yesus ini, dapat menjadi teguran keras akan
kebodohan manusia zaman ini. Berfokus pada teknologi dan segala tawaran
duniawi yang membanjiri layar alat komunikasi tanpa sadar membuat sebagian
manusia lupa siapa dirinya. Tawaran dunia memang menggiurkan! Orang-orang
sibuk menikmati kebebasan berekspresi, saling pamer eksistensi diri di dunia
maya. Semua berlomba-lomba memoles diri, ingin terlihat sempurna meskipun
harus memakai topeng kepalsuan. Dunia jadi panggung sandiwara, ajang di
mana kompetisi abadi berlangsung.
Pewartaan Yohanes dan Yesus tentang pertobatan pun ditolak karena dianggap
kuno dan tidak relevan. Yohanes Pembaptis datang dan mempraktekkan hidup
askesis dengan tidak makan roti dan tidak minum anggur. Terhadap sikap
Yohanes ini, banyak orang menganggap Yohanes sebagai orang yang kerasukan
setan sehingga tidak diterima. Yesus Kristus juga diutus oleh Bapa untuk
menebus dosa manusia. Ia mewujudkannya dengan makan dan minum bersama
semua orang baik dan jahat. Yesus dianggap sebagai seorang pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Yesus mengakhiri perkataanNya dengan berkata: “Tetapi hikmat dibenarkan
oleh semua orang yang menerimanya”. Hikmat menunjukkan tanda penebusan
berlimpah dari Tuhan dan dikenal oleh semua anakNya khususnya mereka yang
menerima warta pertobatan Yohanes dan khabar sukacita dari Yesus. Mereka
yang terbuka hatinya kepada Tuhan dan ingin memperoleh hidup kekal.
Manusia zaman kini hidup demi dan untuk dirinya sendiri. Egoisme, ketamakan,
dan pengejaran kenikmatan mewarnai gaya hidup. Hidup ugahari seperti
Yohanes Pembaptis dianggap sebagai kegilaan. Hidup solider dan tanpa sekat
seperti yang diwartakan Yesus dicap ketinggalan zaman.
Zaman yang penuh tantangan dan godaan ini menuntut kita untuk terus
mengasah kepekaan dan kesadaran diri. Jangan biarkan jiwa kita terseret dan
hilang dalam hiruk pikuk dunia. Jangan menjadi manusia beragama tanpa iman,
yang bersembunyi dalam ibadat massal tanpa kedalaman iman personal; tetapi
jangan pula menjadi manusia arogan yang tidak mau ambil pusing soal agama
dan Tuhan. Pakailah ilmu dan teknologi dengan semestinya, yakni untuk
meningkatkan kesejahteraan dan martabat hidup keluarga manusia, serta untuk
mewartakan pertobatan dan persaudaraan tanpa batas dan sekat. Hanya
dengan demikian hidup kita selaras dan seirama dengan nyanyian Tuhan, di
zaman apa pun termasuk zaman ini.
Missio:
Kita berusaha menjauhkan mental instan yang merajalela. Menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi demi pembentukan karakter.