"Kita semua bekerja sama untuk memastikan anak-anak Desa Teka Iku mendapatkan gizi yang tepat sejak dini,” tambahnya.

Kini, setelah berhasil menurunkan angka stunting menjadi empat anak pada 2024, Desa Teka Iku berkomitmen menurunkan angka stunting hingga nol kasus pada tahun 2025. 

Desa Teka Iku layak menjadi contoh sukses bagi desa-desa lain di wilayah Nusa Tenggara Timur yang tengah berjuang melawan masalah stunting.

“Kami berharap Desa Teka Iku bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain. Dengan komitmen bersama, perhatian pada kualitas makanan, dan pemanfaatan sumber daya lokal, kami bisa membuktikan bahwa stunting dapat diatasi,” ujar Yohanes Aurelius Nong Erik dengan penuh optimis.

Desa Teka Iku kini dikenal sebagai desa percontohan dalam upaya mengentaskan stunting, sekaligus mengembangkan ekonomi lokal melalui pemanfaatan ayam kampung dan produk-produk asli desa. Keberhasilan ini menginspirasi desa-desa di sekitar Pulau Flores untuk mengikuti jejak sukses mereka.

Apa yang dicapai Desa Teka Iku merupakan bukti bahwa dengan program intervensi yang tepat, bahkan daerah dengan tantangan kesehatan sekalipun bisa mengatasi masalah stunting.

Di tengah tantangan geografi dan kondisi endemik GAKI, kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat telah menghasilkan perubahan yang nyata, membawa harapan akan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News