Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Tepat 2 Maret 2024 Lembaga Yayasan Sosial Pengembangan Masyarakat (Yaspem) di Kabupaten Sikka merayakan Pesta Emas pendiriannya.
Merupakan usia yang panjang untuk sebuah Yayasan swasta non-gerejani yang bergerak di dalam Pembangunan Masyarakat.
Meski ada Yayasan swasta lain yang memiliki usia emas atau lebih, namun mereka umumnya bergerak di dunia Pendidikan.
Yayasan Sosial Pengembangan Masyarakat (YASPEM) didirikan dan mulai berkiprah di Kabupaten Sikka pada 2 Maret 1974.
Baca juga: Buka Workshop Promosi dan Diseminasi KIK di Sikka, Marciana: Pentingnya Perda Kekayaan Intelektual
Pendirian lembaga ini diprakarsai oleh Pater Heinrich Bollen dan sejumlah awam pegiat organisasi Ikatan Petani Pancasila.
Cikal bakal Yaspem adalah Organisasi Ikatan Petani Pancasila yang didirikan di Kabupaten Sikka oleh Pater Heinrich Bollen dan sejumlah awam untuk memberdayakan petani Sikka bukan hanya dalam ketrampilan bertani namun juga dalam beroganisasi agar dapat lebih efektif memperjuangakan nasib mereka.
Namun dengan makin banyak-nya masalah yang dihadapi para petani yang tidak bisa ditangani oleh organisasi Ikatan Petani Pancasila, maka pada tanggal 2 Maret 1974 Pater Bollen, SVD dengan sejumlah awam memprakarsai pembentukan sebuah LSM yang diberi nama Lembaga Sosial Pembangunan Masyarakat atau lebih dikenal dengan singkatan YASPEM.
Para inisiator melihat bahwa sebuah LSM lebih leluasa dalam merancang program-program yang berkaitan dengan kehidupan petani: masalah pertanian, masalah Kesehatan, air minum, penguatan kaum muda dsb.
Perjuangan itu secara hukum tercatat dalam akte notaris Tanggal 2 Maret 1974.
Akte awal mencatat nama pemrakarsa yakni Donatus Hoere dan Tarmono sebagai Penggerak Ikatan Petani Pancasila Pusat dan Wihelmus Bhoka (tinggal di Jakarta).
Nama Pater Bollen meski merupakan pemrakarsa dan penggerak, baru tercatat secara resmi dalam akte notaris Lembaga No. 11, Tanggal 15 Desember 2011.
Dinamika perkembangan Lembaga Yaspem terlihat dalam perkembangan akte formal lembaga yang mengalami pembaruan sebanyak 8 kali, hingga akte pembaruan terakhir, No.3 Tanggal 12 Januari 2019.
Sesuai dengan minat pemrakarsanya, lembaga ini sejak awal bertujuan untuk dapat mengadvokasi para petani demi peningkatan posisi tawarnya dan perbaikan kualitas kehidupan petani umumnya.
Karena itu Langkah Yaspem pada tahun-tahun awal lebih terfokus pada advokasi bidang pertanian.
Penguatan petani misalnya terlihat dalam kiprah “Tim Terbang”, sebuah tim petani terlatih bentukan Yaspem yang berkunjung ke kebun milik petani dan memberikan pelatihan kepada kelompok petani langsung di kebun tersebut.
Gerakan ini kemudian menjadi Lembaga Latihan terpusat yang diberi nama Sekolah Usaha Tani (SUT) yang berlokasi di Waigete.
SUT menawarkan kursus intensif pertanian / peternakan bagi peserta dari paroki-paroki di seluruh Flores.
Mengikuti tuntutan kurikulum Pendidikan pemerintah, SUT kemudian berubah menjadi LPUT (Lembaga Pendidikan Usaha Tani). Lembaga Pendidikan ini kemudian ditutup pada tahun 2004.
Sejalan dengan itu, Yaspem sangat aktif mendukung kehidupan petani melalui proyek air minum, penyaluran pupuk, penyaluran beras, pembelian langsung hasil Perkebunan petani (Kakao, Cengkeh) untuk dipasarkan ke Surabaya, Konservasi tanah dilakukan melalui proyek terasering dan lamtoronisasi, program Kesehatan.
Langkah berani untuk pemberdayaan ekonomi petani dilakukan melalui Gerakan Koperasi Kredit yang diprakarsai sejak tahun 1968.
Ketika makin banyak koperasi kredit di Flores maka Yaspem memprakarsai pendirian Lembaga Koordinasi Koperasi Kredit, yang sekarang disebut Puskopdit Swadaya Utama.
Guna mengantisipasi arus wisatawan Yaspem membuka Sea World Club Resort, sebuah hotel bernuansa alam di pinggi Pantai Waiara.
Sejalan dengan beragamnya bidang yang harus diadvokasi, maka sejak tahun 1980-an Yaspem juga mulai menjalankan berbagai program Kesehatan berupa penanganan para pasien TBC dan penanganan gizi.
Terutama di awal tahun 2000-an Yaspem menjalankan program penanganan gizi kurang / gizi buruk secara intensif.
Bersamaan dengan itu, Yaspem memfokuskan diri pada program kesejahteraan anak, dan mulai menangani program Pendidikan Anak Usia Dini dengan dukungan dari Kinder Missionswerk dan PLAN.
Ketika dalam mengurus anak-anak petugas lapangan Yaspem sering menemukan kasus penyakit malaria di kalangan anak-anak maka sejak tahun 2007 Yaspem mulai secara serius menangani Program Penanggulangan Malaria secara konmperhensif dalam rangka eradikasi penyakit malaria di Kabupaten Sikka.
Khususnya dalam Program penanggulangan TBC dan Program Penanggulangan Malaria, YASPEM menjadi satu-satunya LSM di Indonesia yang terlibat aktif dalam perancangan dan implementasi program penurunan angka kasus TBC dan Malaria di Indonesia. Sebelumnya hal itu umumnya ditangani oleh pemerintah.
Selain itu Yaspem secara regular memberikan life-skill training, sehingga Yaspem mendirikan Gedung Pusat Pelatihan tersendiri yang berlokasi di Waiara dan diberi nama Wisma Yaspem.
Yaspem juga menyambut Langkah pemerintah untuk melakukan percepatan sertifikasi kompetensi dengan menjadi Lembaga swasta satu-satunya yang mendirikan LSP pertama di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013.
Ketika tahun 2016 dukungan donotur luar negeri mulai berkurang, maka Yaspem mulai merancang program yang mengarah kepada kemandirian Lembaga.
Karena itu, sejak Sejak tahun 2020 Pengurus Yaspem mengubah orientasi sosial murni Yaspem menjadi Lembaga bisnis sosial, dalam arti seluruh sumber daya Yaspem dikembangkan dan dikelola menjadi investasi bisnis, yang setidaknya dapat menutupi biaya operasional dan mendukung advokasi sosial.
Dengan itu, pengurus menciptakan basis yang kuat bagi eksistensi Yaspem ke masa depan. Yaspem tidak lagi sepenuhnya bergantung dari para donatur.
Program-program sosial dapat berjalan dengan dukungan donasi, namun seluruh biaya operasional sudah dapat diperoleh dari investasi Yaspem sendiri.
Berbagai prestasi Yaspem telah membuat Lembaga ini mendapat anugerah, dimulai dengan Anugerah tertinggi Lingkungan Hidup yakni Anugerah Kalpataru tanggal 5 Juni 1980, Penghargaan dari Presiden RI sebagai salah satu dari 5 LSM terbaik di Indonesia pada tahun 2009, penghargaan dari Kementerian Kesehatan atas prestasi mengurangi angka kasus penyakit malaria di Kabupaten Sikka tahun 2012.
Program Yaspem 2022 – 2023
Penguatan Sumber Daya Yaspem
Orientasi utama Yaspem 3 tahun terakhir adalah penguatan sumber daya Yaspem dengan dengan mendayagunakan secara maksimal aset Yaspem, khususnya: Hotel Sea World Club, Bengkel kayu, Gudang, Laboratorium, Apotek.
Program Sosial
Sesuai dengan kapasitas finansial kita, maka untuk saat ini Yaspem menjalankan program sosial yakni program anak asuh dan program penanganan stunting.
Tantangan yang Dihadapi
Tantangan utama kita adalah makin sulitnya kita mendapatkan dukungan sumber daya dari para donatur / sponsor luar negeri.
Hal ini bukan tergantung dari kemampuan Yaspem untuk melakukan lobi, namun terutama berkaitan dengan pergeseran kebijakan di antara para sponsor Eropa.
Para sponsor Jerman seperti Misereor, Frauen Missionswerk, PLAN mengubah prioritas dukungan karena berkurangnya sumber dana Lembaga tersebut.
Mereka umumnya berorientasi mendukung negara-negara Afrika yang memiliki Tingkat kesulitan hidup lebih berat dari Indonesia.
Di pihak lain, Para sponsor seperti Bank Dunia, AUSAID, USAID umumnya berhubungan dengan mitra pemerintah (bilateral), dan melalui pemerintah kepada LSM-LSM.
Beberapa bidang yang pernah diadvokasi Yaspem (seperti program Kesehatan Penanggulangan Malaria / DBD) telah membuat nama Yaspem menjadi semacam referensi.
Acapkali mitra kita meminta Yaspem untuk melakukan advokasi dalam hal penanggulangan malaria, namun saat ini kita tidak dapat kita penuhi karena ketiadaan sumber dana.
Langkah Pendekatan kepada Para Sponsor
Tetap melakukan lobi melalui jaringan-jaringan pribadi atau publik.
Dan, mencari Para Sponsor di dalam negeri.
Penutup
Demikian napak tilas sekilas perjalanan YASPEM 1974 – 2024.
Yaspem memulai orientasi baru dengan secara terarah memberdayakan aset-aset Yaspem sendiri demi meningkatkan kapasitas finansial.
Meski belum mendatangkan keuntungan sifnifikan, namun setidaknya sebagian dari biaya operasional sudah diperoleh melalui usaha investasi berbasiskan aset-aset yang dimiliki Yaspem.
Usaha membangun kemandirian ini bertujuan agar agar Yaspem tidak sepenuhnya bergantung pada para donatur luar negeri.
Kita berharap bahwa Langkah ini menjadi tonggak baru dalam memperkuat eksistensi Yaspem ke depan, secara khusus dalam mengimplementasikan berbagai program demi meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Sikka.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News