Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Prevalensi stunting di Kecamatan Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih cukup tinggi pada periode Agustus hingga September 2024.
Data stunting tingkat Kecamatan Adonara Tengah ini dipaparkan dalam minilokakarya dan rembuk stunting di Balai Penyuluh KB yang terletak di Desa Lewobele, Kecamatan Adonara Tengah, Kamis, 3 Oktober 2024.
Koordinator KB/PLKB Kecamatan Adonara Tengah, Nurhasanah Wongso, memaparkan angka stunting meliputi 13 desa untuk bulan Agustus sebanyak 188 dari 757 sasaran atau 24, 8 persen.
Sementara pada September 2024 mencapai 187 dari total 718 sasaran anak stunting atau 26 persen. Nurhasanah Wongso menjelaskan, presentase stunting naik karena jumlah anak sasaran berkurang sebanyak 39.
Baca juga: Dinas P2KBP3A Flores Timur Gelar Kegiatan Peningkatan Kualitas Kehidupan Keluarga
"Sasaran berkurang jauh karena ada yang sudah tamat dan ada yang pindah wilayah atau merantau bersama orang tua," katanya kepada wartawan saat dihubungi, Jumat, 4 Oktober 2024.
Selama mendampingi sasaran, pihaknya juga mencatat sejumlah kendala serta penyebab masalah stunting melalui teknik wawancara kuisoner dan observasi.
Dijelaskan, stunting umumnya disebabkan pola asuh makan yang dilakukan orang lain, sehingga waktu makan, porsi, serta frekuensi menjadi kurang teratur.
Masalah berikutnya, ungkap Hasanah, adalah penghasilan keluarga yang rendah sehingga kesulitan mendapatkan bahan makanan bagi anak.
Padahal, jelasnya, anjuran 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) pemenuhan gizi pada anak menjadi yang utama untuk menunjang pertumbuhan fisik dan otak.
Baca juga: Pemprov NTT Tetapkan 5 Lokasi Ujian CPNS Tahun 2024, Kepala BKD NTT Sebut Ada 11 Ribu Pelamar
"Sementara penyebab tak lagsung itu karena ketersediaan dan akses air bersih yang jauh, keluarga tidak memiliki jamban, rumah tidak layak huni, anak terpapar asap rokok, serta kurangnya perhatian orangtua terhadap kebersihan diri dan lingkungan," katanya.
Dari penyebab langsung dan tak langsung yang dipaparkan, Hasanah serta para tim pendamping menawarkan enam solusi.
Solusi itu, di antaranya, pendampingan rutin kepada keluarga untuk memberikan edukasi asuh yang tepat dan pemberian MP-ASI yang optimal.
Kedua, praktek dan pengadaan bibit untuk pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber bahan makanan keluarga. Ketiga, deteksi dini dan pengobatan penyakit yang diderita oleh anak (pelayanan kesehatan).
Keempat, perbaikan kebersihan lingkungan dan penerapan hidup bersih keluarga (Sanitasi dan PHBS).
"Yang kelima, menyediakan air bersih yang layak untuk kebutuhan masyarakat. Terakhir, pemicuan kepada masyarakat yang belum memiliki jamban sehat," tutupnya.
Berita TribunFlores.com Lainnya di Google News