Alasannya ada di dalam bagian pertama dan kedua mazmur ini (ayat 1-2 dan 3- 12). Dalam bagian pertama, pemazmur mengakui bahwa Allah sendiri, sebagai pribadi, menjadi “rumah”-nya (ayat 1-2).
Ia melihat keamanan dirinya bukan karena memiliki suatu tempat, tetapi karena memiliki hubungan dengan Allah. Namun demikian, di dalam bagian kedua, pemazmur merenungkan mengenai kesementaraan hidup manusia. Ia memakai ungkapan “debu” dan “rumput” untuk menggambarkan hubungan yang sebenarnya, antara Sang Pencipta yang begitu perkasa dan dirinya yang begitu lemah (ayat 3-6). Perenungannya ini juga berbicara mengenai kesalahan yang dilakukan oleh manusia di hadapan Allah (ayat 7-11).
Itulah sebabnya pemazmur meminta pada Allah agar dia diberikan kesadaran akan kesementaraannya, sehingga ia selalu ingin memiliki hati yang berhikmat dan hidup yang bermakna.
“Hikmat” tidak berarti sekadar kecerdasan di dalam menjalani kehidupan, tetapi lebih mengacu pada takut akan Allah dan pengakuan atas kendali-Nya di dalam kehidupan. Dengan mengakui dan mengenal kehendak Allah dalam kehidupan, barulah hidup yang sulit dan singkat itu berarti.
Bagian terakhir mazmur ini (ayat 13-17) merupakan ungkapan harapan dari pemazmur agar Allah berbalik padanya dan membuat hidupnya bersukacita. Di dalam hidupnya yang begitu terbatas dan penuh dosa, ia hanya dapat berharap pada Allah, Tempat Perteduhan yang kekal.
Renungkan: Mazmur ini seringkali dibaca ketika upacara penguburan dilakukan. Apakah yang Anda pikirkan ketika muncul kesadaran bahwa suatu saat Anda pun akan kembali menjadi debu? Mintalah hikmat dari Allah agar hidup Anda bermakna dan berwarna!
Bacaan kedua Perhentian.
Di satu pihak kita mungkin merasa ngeri terhadap “perhentian” (misalnya, PHK); namun di pihak lain perhentian itu kita rindukan (misalnya bebas dari keharusan bekerja terus-menerus).
Melalui penciptaan Allah menetapkan dan memberkati baik pekerjaan maupun perhentian, khususnya hari perhentian atau hari ketujuh, yang dianggap oleh para rabi sebagai perhentian kekal, karena dalam Kej. 2:1-3 tidak disebut lagi adanya petang dan pagi. Penulis surat kepada orang Ibrani menganjurkan, perhentian yang benar-benar perlu dan patut dirindukan ialah perhentian kekal dalam arti keselamatan.
Bagaimana cara “berusaha masuk ke dalam perhentian” (ayat 11)? Tak lain tak bukan “percaya dan taat” (ayat 3:18-19, 4:3,6,11). Para pembaca surat Paulus di Ibrani berada dalam keadaan berbahaya, bahkan ada yang sudah hampir “tidak percaya” dan “tidak taat” seperti bangsa Israel dahulu.
Daripada menghadapi penderitaan sebagai orang Kristen mereka cenderung kembali pada kebiasaan-kebiasaan agama Yahudi, khususnya memperoleh keselamatan melalui ritus-ritus agama.
Padahal sikap ikut-ikutan dalam pelaksanaan acara agama tanpa iman, tidak mungkin membenarkan kita. Segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata-Nya. Kepada-Nyalah kita harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita (ayat 13).
Injil hari ini, Akan dihargai
Bila si orang kaya tidak bersedia melepas hartanya untuk mengikut Yesus, maka para murid telah meninggalkan segala sesuatu demi Yesus. Lalu adakah keuntungan bagi para murid yang telah melakukan semua itu?
Yesus menjelaskan bahwa segala pengorbanan bagi Tuhan akan dihargai (ayat 30). Mereka yang harus kehilangan sesuatu karena mengikut Kristus, akan menerima balasan berlipat kali ganda sebagai ganti dari semua kehilangan yang diderita.
Meski yang kehilangan bersifat fisik atau materi, tetapi kita belum tentu mendapatkan ganti yang berupa demikian. Namun yang ingin Yesus katakan adalah bahwa Tuhan tidak tutup mata terhadap semua itu.
Tuhan melihat dan memperhatikan. Dia tidak mengabaikan orang-orang yang telah mengorbankan segala sesuatu demi mengikut Dia. Maka meski murid-murid-Nya harus miskin, menderita, terhina, dan dianiaya karena Dia, mereka akan ditinggikan oleh Allah. Dan mereka yang duduk dalam posisi elite di dunia ini dan tidak pernah menghiraukan Kristus, akan menduduki tempat terakhir nantinya. Tidak akan ada penghormatan sedikit pun bagi mereka.
Pertanyaan para murid kadangkala menjadi pertanyaan kita juga ketika melihat pengorbanan kita dalam pelayanan begitu besar, baik berupa waktu, tenaga, pikiran, maupun harta. Lalu kita membandingkannya dengan orang lain, yang kelihatannya sedikit berkorban, tetapi mendapat nama dan penghargaan, bahkan dari apa yang kita lakukan.
Mungkin terasa menyakitkan bagi kita. Namun jawaban Yesus kepada para murid memberikan kepastian bahwa Tuhan, Yang empunya pelayanan, melihat apa yang kita lakukan. Dan Dia menghargai semua itu.
Tentu saja kita pun harus menyadari, hendaknya pelayanan yang kita lakukan tidak didasarkan atas bayangan penghargaan yang akan kita terima dari Allah. Lakukanlah pelayanan kita sebagai wujud ucapan syukur dan terima kasih kita kepada Dia, yang telah mempercayai kita untuk melayani Dia.
Doa Pemutup
Bapa surgawi, lepaskanlah keterlekatan kami pada hal-hal duniawi, tunjukkanlah jalan bagaimana kami dapat dibebaskan dari ikatan yang selama ini telah membelenggu kami. Berikanlah kuasa firman-Mu yang dapat menembus hati kami dan mewahyukan Yesus kepada kami.
Tumbuh-kembangkanlah iman kami untuk percaya bahwa firman-Mu dapat menyatakan realitas Yesus dan kasih-Nya bagi kami. Kami sadar, ya Allahku, bahwa iman berarti menerima kebenaran dari apa yang dikatakan firman-Mu, mengandalkan diri padanya dan bertindak atasnya.
Hanya apabila kami mencari perwahyuan dari firman-Mu, maka kami dapat mengikuti cara Yesus untuk tidak mempunyai kelekatan tertentu pada hal-hal duniawi. Amin. (sumber the katolik.com) (gg).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News