Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Arnold Welianto Welianto
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Anak-anak penyintas erupsi Gunung Lewotobi laki-laki mengikuti kegiatan belajar darurat di tenda pengungsian SDK Lewolga, Kecamatan Titihena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Sekitar ratusan siswa sekolah dasar, yakni anak-anak penyintas erupsi Lewotobi terpaksa berdesak-desakan saat belajar dalam satu posko yang terletak di samping SDK Lewolaga.
Satu posko belajar ini sebanarnya tak cukup untuk menampung para siswa untuk belajar. Belum lagi fasilitar belajar pendukung yang masih dibutuhkan siswa seperi buku-buku bacaan hingga alat tulis.
Baca juga: SDK Lewolaga Jadi Tempat Pengungsi Gunung Lewotobi, Siswi Ikut KBM di Rumah Guru
Tarsisia Tobi, seorang guru SD dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura dan juga penyintas erupsi Gunung Lewotobi. Ia juga ikut mengungsi di SDK Lewolaga.
Ia mengatakan, anak-anak membutuhkan buku-buku bacaan hingga alat tulis agar bisa digunakan saat belajar di posko pengungsian.
Dalam kegiatan belaja mengajar (KBM), Tarsisia mengakui para guru dan siswa hanya menggunakan buku-buku seadanya yang dipinjamkan dari sekolah tetangga di Desa Lewolaga.
"Fasilitas belum ada, kalau bisa itu siapkan dengan alat tulis, buku tulis, buku-buku literasi supaya kami bagi dengan anak-anak per fase, supaya mereka bisa membaca, menulis dan mewarnai," kata Tarsisia Tobi, Selasa 12 November 2024.
Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Sejak Subuh hingga Pagi, Tinggi Kolom Abu 4.000 Meter
Ia berharap pemerintah bisa menyediakan fasilitas belajar tersebut. Selain itu ia meminta agar posko belajar juga dibangun lebih dari satu meningat jumlah anak-anak penyintas mencapai ratusan.
Gedung SDK Lewolaga di Desa Lewolaga, Kecamatan Titihena, Kabupaten Flores Timur menjadi tempat pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Sementara itu kegiatan belajar mengajar (KBM) para siswa dilaksanakan di rumah para guru.
Pantauan Tribunores.com, ratusan siswa menempati rumah-rumah guru SDK Lewolaga yang berada di Desa Lewolaga.
Para siswa ini harus berdesak-desakan di dalam rumah para guru yang sempit untuk menguji kegiatan belajar mengajar.
Elisabet Lipat Gening, Guru SDK Lewolaga mengatakan, para siswa harus belajar di rumah sejak Senin, 11 November 2024. Pasalnya gedung sekolah mereka digunakan untuk menampung pengunngsi.
"Karena sekolah kami sudah penuh dengan para pengungsi, semua kelas sudah dipenuhi oleh para pengungsi, kami sakolah dirumah sejak Senin kemarin," ujarnya.
Selain rumahnya, beberapa guru lainnya menggunakan rumah untuk melaksanakan KBM siswa.
Ia mengaku, KBM di rumah guru ini tidak nyaman karena ruangan sempit dan membuat siswa harus berdesak-desakan.
Para guru pun belum tau kapan akan berakhir kegiatan belajar mengajar di rumah-rumah guru di Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur.
Berita TribunFlores.com Lainnya di Google News