Bacaan Injil hari ini menunjukkan kepada kita tentang seorang bangsawan yang berangkat ke luar negeri. Ia mempercayakan sepuluh mina miliknya kepada kesepuluh hambanya (satu mina setara dengan seratus dinar). Tidak diceritakan berapa lama ia pergi. Namun, melihat keperluannya hanya untuk dinobatkan menjadi raja, perjalanan itu kiranya tidak membutuhkan waktu lebih dari enam bulan, meskipun digambarkan bahwa ia berangkat ke negeri yang jauh. Injil memberikan gambaran seperti apakah bangsawan tersebut dengan menerangkan bahwa orang-orang sebangsanya membenci dia, sehingga mereka mengirimkan utusan dengan pesan, “Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.” Dengan demikian, orang ini adalah raja yang tidak disukai rakyatnya. Sekembalinya dari pesta penobatan, ia memanggil hamba-hambanya yang dulu diberinya mina untuk mengetahui berapa banyak hasil yang mereka dapatkan. Hamba pertama membawa sepuluh mina, artinya dia mengusahakannya hingga dari satu mina yang dia terima menjadi sepuluh mina. Hamba kedua membawa lima mina, berarti dia mengusahakannya dari satu mina saja hingga ia mendapat tambahan empat mina. Kedua hamba ini mendapat pujian karena mereka telah setiad alam urusan yang kecil dan berhak untuk menerima hadiah masingmasing sepuluh dan lima kota.Hamba pertama dan kedua melaporkan hasil yang menggembirakan sehingga mereka berduadiberinya ganjaran yang setimpal. Laporan hamba ketiga ternyata berbanding terbalikdengan itu. Orang ini menyimpan saja mina yang diberikan kepadanya di dalam sapu tangan. Dia beranggapan bahwa tuannya itu adalah manusia yang keras; ia mengambil apa yang tidak pernah ia taruh dan ia menuai apa yang tidak ia tabur (Luk 19:21). “Aku takut akan tuan,karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.” Bapak Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta, dalam sebuah kesempatan menyampaikan tafsir yang menarik atas perumpamaan tadi. Ia menegaskan bahwa perumpamaan itu tidak berbicara tentang talenta. Perumpamaan tentang mina menggambarkan sebuah praktik bisnis jahat yang dilakukan oleh bangsawan tadi bersama dengan hamba-hambanya. Bisnis apa yang mereka jalankan? Mereka menjalankan bisnis rentenir, yakni meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi. Dengan sudut pandang tersebut, hamba ketiga justru adalah sosok pahlawan. Ia menunjukkan teladan dengan melakukan perlawanan yang radikal. Ia menolak terlibat dalam bisnis rentenir yang dijalankan oleh tuannya meskipun dengan itu ia mempertaruhkan nyawa sendiri.
Saudara-saudari sekalian, ketika berhadapan dengan praktik-praktik jahat dalam kehidupan ini, kita pun ditantang untuk bersikap radikal. Alih-alih larut dalam situasi dengan turut melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, kita dituntut untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan. (https://www.lbi.or.id/2019/11/20).
Missio:
Beranikah kita melakukannya?
Berusahalah untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain. Bangunlah
kesetiaan dalam hidup, mulai dari hal-hal kecil dan sederhana
Doa:
Allah Bapa sumber segala kekudusan. Kami bersyukur atas segala anugerah yang kami terima. Semoga segala apa yang ada pada kami , dapat kami gunakan dengan jujur dan adil untuk melayani sesama, yang menghantar kami menuju kebahagiaan sejati.
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Rabu. Salam doa dan berkatku
untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh
Kudus...Amin.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News