Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
Penginjil Matius (1:18-24) hari ini mengisahkan pribadi Yusuf, anak Daud,
yang bertunangan dengan Maria, perempuan yang akan melahirkan
Yesus. Yusuf diperkenalkan sebagai orang yang tulus hati. Ketulusan
hatinya terungkap dengan amat jelas ketika Maria tunangannya
mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri.
Yusuf sama sekali belum tahu rencana keselamatan dari Tuhan.
Yusuf dihadapkan pada sebuah dilema yang mustahil dipecahkan (Mat.
1:19). Dia adalah seorang pribadi yang tidak hanya tulus, tetapi dia
adalah seorang yang benar. Sebagai orang yang tulus dan benar, Yusuf
setia pada tuntutan Hukum Taurat. Hukum Taurat memberikan hukuman
mati kepada pezinah (Ul. 22:23-27). Yusuf tidak ingin memutuskan
pertunangannya secara publik karena khawatir masalah perceraiannya
akan diketahui oleh keluarganya dan orang-orang lain di sekitarnya. Yusuf
tidak ingin Maria dihukum mati.
Yusuf akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan tengah, yakni ia bermaksud menceraikan Maria secara
diam-diam, tanpa menyatakan alasannya. Meskipun demikian, jalan
tengah yang ditempuh Yusuf sama sekali tidak akan membebaskan Maria
dari rasa malu di hadapan umum. Inilah dilema besar yang dialami dan
dihadapi oleh Yusuf. Di tengah kebimbangan dan situasi yang tidak
mudah, Yusuf mengambil keputusan bijak. Ia tetap mengambil Maria
menjadi istrinya. Dengan ini menjadi nyata bahwa, Yusuf adalah orang
yang baik hati, tulus, dan bijaksana.
Paus Fransiskus pernah berbagi cerita bahwa ketika dirinya harus
mengambil keputusan yang tidak mudah, ia menuliskan kebimbangannya
dalam sebuah kertas, lalu meletakkannya di bawah patung Santo Yusuf
yang sedang tidur, dan berdoa, “Ya Santo Yusuf, penjaga yang setia dan
pribadi yang teguh di hadapan Allah, aku menyerahkan kepadamu segala
keinginan dan kerinduanku. Pandanglah aku, anakmu, dan bantulah aku
dengan kekuatanmu. Ya Santo Yusuf yang tulus dan setia, dengarkanlah
doa dan permohonanku.”
Apa makna kisah Injil hari ini bagi kita? Pertama, penginjil Matius
menyadarkan dan meyakinkan kita bahwa seluruh proses kelahiran Yesus
tidak lepas dari campur tangan Allah. Campur tangan Allah bukan hanya
terjadi pada diri Maria, tetapi juga terjadi pada diri Yusuf. Campur tangan
Allah, tidak hanya terjadi pada diri Maria dan Yusuf tetapi juga pada
setiap orang yang dalam hidupnya sungguh-sungguh berlaku benar, tulus
dan beriman teguh kepada Allah.
Kedua, Yusuf mengalami dilema besar yang sulit terpecahkan ketika ia
mendapat pesan dari Allah melalui malaikat. Namun, situasi dilematis
yang dialaminya tidak melunturkan iman dan ketaatannya kepada
perintah Allah.
Kita pun sering menghadapi berbagai dilema dalam kehidupan kita yang membuat kita takut, putus asa dan tersiksa batin.
Dalam situasi seperti itu, kita hendaknya tetap percaya kepada Allah dan
berjuang melaksanakan perintah-Nya. Allah mengutus Yesus untuk
menolong kita tatkala kita menghadapi berbagai dilema, kesulitan dan
kesusahan. Yesus pula yang akan menyelamatkan kita dari dosa-dosa
kita.
Ketiga, baik hati dan tulus. Tidak ada pikiran dan keinginan jahat dalam
diri Yusuf. Dia ingin agar Maria, tunangannya, selamat.
Mari kita belajar dari Santo Yusuf, seorang yang tulus hati dan benar agar
kita pun mampu menangkap campur tangan Allah dan rencana
keselamatan-Nya dalam seluruh peristiwa hidup kita, khususnya dalam
berbagai dilema yang kita alami.
Missio:
Hari ini kita tidak akan menyakiti dan mempermalukan orang lain
dengan sikap dan tutur kata kami.
Doa:
Tuhan berilah kami kesabaran dan ketenangan untuk menghadapi
masalah yang muncul dalam keluarga kami. Berilah kami semangat
rendah hati seperti Santo Yusuf...Amin.
Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Rabu Pekan III Adven. Salam doa
dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan
Putera dan Roh Kudus...Amin.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News