TRIBUNFLORES.COM,RUTENG-Unika St Paulus Ruteng menggelar International Conference on Agriculture, Livestock, and Civil Engineering (ICAGROLIVE) Tahun 2025 dengan tema 'Menuju Masa Depan Hijau-Praktik Berkelanjutan di Bidang Pertanian, Peternakan, dan Teknik' yang berlangsung secara daring selama dua hari yakni tanggal 4 Juni sampai 5 Juni 2025.
Konferensi ini dibuka langsung oleh Rektor Unika Santu Paulus Ruteng RD Dr Agustinus Manfred Habur, Lic.,Theol.
Yang konferensi dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian dan Peternakan serta Fakultas Teknik Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.
Pada hari kedua, Prof. Mangku Purnomo, SP, M.Sc., PhD, Dekan dan Peneliti senior Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur mempresentasikan beberapa strategi pertanian di Indonesia yang disebutkan dalam presentasi meliputi Lima Usaha Tani (Panca Usaha Tani), Kelompok Petani untuk Diseminasi Informasi (Kelompencapir), Program Intensifikasi (Insus), Program Super Intensifikasi (Supra Insus), Subsidi Saprodi (pupuk), One Village One Product, Pusat Produksi, Kredit Pedesaan, GEMAPALAGUNG, PAJALE, Petani MILENIAL, Optimalisasi lahan dan food estate.
Baca juga: Mahasiswa PBSI Unika Santu Paulus Ruteng Raih Juara Dua Lomba Debat Bahasa Indonesia
Ia menjelaskan, strategi pertanian ini digambarkan sebagai target eksploitasi dan deindustrialisasi.
Yang mana beberapa hal yang "hilang" dalam pertanian Indonesia adalah stagnasi industri makanan, stagnasi koperasi petani, bio-industri, food estate serta kurangnya inovasi dalam makanan, energi, medis, gaya hidup, teknologi canggih, fintech dan e-commerce.
Ia mengungkapkan, data mengenai petani di Indonesia yang menua dan jumlahnya berkurang, di mana hampir 40 persen petani berusia di atas 55 tahun. Pada tahun 2023, jumlah petani di Indonesia adalah 29,36 juta jiwa, menurun dari 31,71 juta jiwa pada tahun 2013.
"Presentasi juga menunjukkan data produksi dan ekspor pertanian Ukraina (2021/2022). Kepentingan ekonomi swasta dan negara dalam sektor pertanian juga disinggung, termasuk data mengenai 12 konglomerat sawit terkaya di Indonesia, dengan luas kebun kelapa sawit mencapai 15,1 juta hektare dan Kalimantan serta Sumatera menjadi pulau dengan kebun sawit terbanyak," ujarnya.
Ia mengungkapkan, perbandingan sektor pertanian di Belanda dilihat dari persentase kepemilikan usaha pertanian dan jumlah keuntungan, menunjukkan dominasi peternakan sapi perah. Strategi cerdas untuk pertanian di masa depan mencakup menghubungkan kembali dan mengelompokkan aktor dan institusi bisnis pertanian, stok pangan, industri makanan dan peran global dalam pangan.
Baca juga: Panen Raya Padi di Desa Bena TTS Gunakan Skema Kolaborasi
Ia mengusulkan, "Teori Penggembala Kambing: Strategi Tiga Kaki" yang meliputi pemisahan tujuan antara kaki pertanian (bisnis vs tradisi), pertanian tradisional menuju bio-organik dan wisata kebugaran, fokus korporasi/sektor swasta pada produksi massal untuk pasar modern, dan industri makanan berorientasi pada pasokan makanan berkualitas untuk perilaku Gen Z.
"Strategi ini memiliki target pasokan-permintaan yang teridentifikasi, aktor yang teridentifikasi tradisional dan korporasi), lokasi yang ditetapkan untuk kebijakan lokal dan aktivitas bisnis yang disesuaikan dengan kategori.
Terdapat rencana tiga fase strategis: Fase Konsolidasi Investasi (2 tahun), Fase Jaringan dan Penyelarasan (3 tahun) dan Fase Ekspansi dan Pemain Pangan Global (5 tahun). Setiap fase memiliki target dan strategi spesifik, seperti pergeseran aturan menuju subsidi output, insentif investasi, pengembangan penelitian aksi skala industri, hingga menjadi pemain pangan global dengan stok pangan nasional yang kuat," ujarnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News