TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE-Kelompok musik hip hop dari Kota Maumere, Cru Father Said (CFS), telah merilis mini album perdana mereka berjudul Terminal 7.
Album ini berisi lima lagu yang di-remake-sampling dari karya musisi legendaris Maumere, Johanes Edwin Bustami alias Papache (1969-2015).
Terminal 7 dikerjakan dengan teliti oleh CFS dalam kerangka kuratorial musik untuk Festival Maumerelogia 5. CFS meriset sejumlah lagu Papache, sampai dipilihnya lima lagu yang digarap.
Pada Kamis, 5 Juni 2025, album ini sudah dirilis di semua platform musik digital dan disambut para penggemar dengan teriakan khas “Ayeee” di kolom komentar akun media sosial mereka. Papache pun seolah bangkit lagi.
Di tangan CFS, lima lagu Papache tersebut diolah dengan gaya musik hip-hop yang bertenaga. Liriknya merupakan interpretasi CFS terhadap lima lagu Papache: “Jalan Berlubang”, “Tuan Pesta”, “Malam Bae”, “Rindu Setengah Mati” dan “Florentina”.
Baca juga: Cru Father Said Rilis Album Terminal 7, Terinspirasi Dari Musisi Legendaris Papache
Terminal 7 lahir dari pertautan sempurna antara lagu-lagu Papache yang tajam memotret fenomena sosial masyarakat, dan kemampuan CFS dalam menggarap tema lagu dengan lirik yang kuat.
Bagi para penggemar CFS, Terminal 7 tergolong jenis album yang keluar dari pakem musik old school yang biasa diusung CFS.
Namun, justru pada album inilah, CFS menampilkan spektrum musik hip hop yang luas; memadukan irama pop-melayu mendiang Papache yang populer di era 90-an dan aliran rima hip hop yang mengalun bersama vokal merdu vokalis Leisplang Abel Fernando, seperti dalam lagu “Jalan Berlubang” dan “Rindu Setengah Mati”.
CFS seperti enggan terperangkap pada pakem musik hip hop arus utama. Energi mereka masih menyala-nyala. Kreativitas masih belum padam. Sebab, bersama ruh Papache, Terminal 7 menjadi semacam siasat CFS menyelinapkan hip hop ke dalam tenda- tenda pesta di Flores.
Penyanyi dan produser musik Romi Keo juga turut mengomentari kolaborasi epik CFS dan Papache, saat sesi Kulababong: Papache Dari Dekat Sekali dalam Festival Maumerelogia 5 di Rumah Papache, Sabtu, 24 Mei 2025.
Bagi Romi Keo, Papache bukan saja seorang musisi biasa. Papache adalah seorang sastrawan. Karya musiknya adalah sastra, dan itu berarti setiap telaah terhadap karya musiknya, adalah juga telaah sastra, sebagaimana yang sudah dikerjakan oleh CFS.
Dalam forum itu, istri Papache, Lid Raga secara pribadi merasa sangat terhormat karya musik suaminya kembali diangkat, didaftarkan hak cipta dan lalu didaur ulang.
“Saya merasa dihargai sekali,” ucapnya.
Dia berharap semangat merawat karya-karya musik original musisi yang ada di Maumere terus berlanjut.
Grup musik indie beranggotakan Bianca da Silva, Dixxxie X Vuturama, Arieston FX dan Smokey Og ini menampilkan Terminal 7 secara live di panggung Melodi Kota dalam Festival Maumerelogia 5 di Pusat Jajanan dan Cinderamata, Jalan El Tari, Maumere, Jumat, 23 Mei 2025.
Peluncuran album perdana ini sangat spesial karena digelar saat Cru Father Said berusia 10 tahun mengarungi dunia musik hip-hop, bertepatan juga dengan peringatan 10 tahun kematian Papache, dan 10 tahun usia Komunitas KAHE--inisiator Festival Maumerelogia 5.
Sebagai bagian dari kuratorial musik Festival Maumerelogia 5, CFS juga mendaftar hak cipta untuk lima lagu (original song) milik Papache yang sudah didaur ulang. Proses ini dilalui supaya istri dan anak-anak Papache sebagai ahli waris bisa mendapatkan hak-hak mereka.
Bianca da Silva mengatakan proses riset karya musik Papache hingga lahirnya Terminal 7 berjalan lancar berkat dukungan penuh dan restu dari Lid Raga dan dua orang anak mereka, Tian Vivaldi dan Celyn Grun.
Perhelatan Maumerelogia 5, kata Bianca, merupakan kesempatan emas untuk merilis album pertama Cru Father Said.
Mereka sudah lama ingin menggarap album tetapi selalu kandas karena kesibukan masing-masing anggota.
Secara pribadi, Bianca juga sudah sering mendengar lagu-lagu Papache tetapi dia tidak tahu siapa penyanyinya.
Bagi dia, lagu-lagu Papache secara umum mengangkat tema Kultur, Kota, Kita, seperti tema Maumerelogia 5.
Papache lihai merangkum cerita cinta yang romantis dengan menyelipkan kritik sosial atas kehidupan masyarakat saat itu.
Bianca berujar nama album Terminal 7 memang sengaja dipilih untuk menghormati Papache. Di sepanjang karirnya, Papache menelurkan enam edisi album berjudul ‘Terminal’. Album baru ini--Terminal 7--melanjutkan enam edisi album yang sudah ada.
“Lagunya keren, unik, liriknya jenaka. Kami remake dan kami cari makna yang lain dari lagu Jalan Berlubang,” tambah Dixxxie.
Terminal 7 sudah membuat para penggemar CFS berjingkrak-jingkrak sejak pertama kali diperdengarkan di panggung Maumerelogia 5.
CFS tetap memasukkan banyak unsur musik dari lagu asli Papache. Ditambah dengan sentuhan tradisi dan suara celetukan khas Papache. Celyn Grun, anak bungsu Papache, juga mengisi suara di lagu “Rindu Setengah Mati.”
Lagu ini diaransemen dengan beat bosanova, menghadirkan suara asli Papache pada bagian chorus, sahut menyahut dengan vokal Celyn, dan empat vokalis CFS memainkan rima di tengah-tengah lagu.
CFS merupakan inisiatif yang tumbuh dan berkembang dari kamar-kamar kos, di sudut-sudut Kota Maumere, Surabaya, Malang dan beberapa kota lainnya.
CFS belakangan mewarnai skena musik hip-hop di Indonesia. Grup musik ini dijalankan sebagai sebuah komunitas kreatif, ruang berbagi, dan keluarga yang memakai musik dan seni pada umumnya sebagai medium ekspresi diri, pengembangan kreativitas, penguatan solidaritas antar personel dan kritik sosial.
Sementara itu, di sepanjang riwayatnya sebagai penyanyi dan produser musik, Papache telah menelurkan lebih dari seratus lagu termasuk lima lagu hits yang sudah didaur ulang oleh CFS.
Selamat Menikmati Terminal 7 kolaborasi Papache dan Cru Father Said.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News